Nikmatnya Sego Pincuk Godhong Jati Mantan Pramugari di Kediri
Baru sepekan dibuka warung Gopindes (Sego Pincuk Ndeso) di Jalan Bumi Asri Perum Bumi Asri Kelurahan Kaliombo, Kota Kediri selalu ramai pembeli. Selain rasanya yang enak, banyak pecinta kuliner yang tertarik membeli karena penyajian menu masakannya menggunakan cara tradisional yakni dengan godhong jati (daun Jati).
Ada tiga menu makanan yang ditawarkan, antara lain Sego Lodeh Ikan Asin, Sego pindang Sapi, dan Sego campur Lodeh pindang sapi. Tiga 3 varian menu tersebut dijual dengan harga yang sangat murah.
"Hanya dengan uang Rp6 ribu, sudah bisa menyantap hidangan menu sego lodeh ikan asin pincuk godong jati. Dan makanannya lezat banget," kata salah satu pengunjung.
Jika ingin merasakan sensasi menu masakan lainnya bisa beralih ke sego pindang dioplos daging sapi. Nasi dengan lauk ikan pindang dicampur daging sapi ini harganya Rp8 ribu.
Apabila masih juga penasaran ingin mencicipi menu lainya, tersedia juga nasi campur lodeh plus daging sapi. Harganya cuma Rp10 ribu saja.
Dengan harga yang relatif murah, pelanggan juga mendapatkan bonus 2 krupuk putih gratis sebagai makanan pendamping. Semua menu masakan disajikan menggunakan besek dan daun pohon jati.
"Kita ingin penyajiannya beda dengan yang lain. Zaman dulu, kalau makan pakai daun jati. Orang-orang di sawah itu biasanya kalau makan pakai daun jati. Rasanya nikmat banget. Nah, dari situ kemudian muncul ide bagaimana kalau membuat makanan disajikan daun jati," kata Januarista, pemilik warung Gopindes.
Perempuan berusia 25 tahun ini meyakini, apapun menu yang dimasak, jika disajikan dan dikemas menggunakan daun jati dapat menggugah selera makan konsumen. "Selain itu, bisa bikin masakan semakin sedap aromanya," katanya.
Karena menggunakan daun jati, tentu setiap hari harus menyetoknya. Di kota pohon jati tidaklah sebanyak di desa. Kata Januarista, harus mendatangkan daun jati tersebut dari luar kota, seperti Bojonegoro, Trenggalek. "Kadang ada yang dari Kediri. Kita disuplai perhari 3 ikat yang berisi 40 lembar," ujarnya.
Setiap harinya warung Januarista buka mulai pukul 06.00 hingga pukul 10.00 WIB. "Alhamdulillah, biasanya tidak sampai jam 10 sudah habis. Itu pun kita ambil lagi masakan baru lagi yang ada di rumah kakak saya. Setiap hari habis 4-5 kilogram," katanya.
Karena baru 7 hari beroperasi, pembeli yang datang hanya pun hanya warga di sekitar wilayah Kota Kediri saja. Namun, ia merasa sangat bersyukur, karena jumlah pembeli setiap hari selalu mengalami peningkatan dan masakannya selalu mendapat pujian, respons positif dari konsumen.
"Bumbu yang meracik kakak saya, resepnya sudah lama warisan dari keluarga secara turun temurun. Nasi daging sapi pindang lodeh khas Trenggalek paling disukai pembeli. Alhamdulillah rasanya cocok di lidah pembeli," katanya.
Mantan pramugari ini menambahkan alasannya menekuni usaha kuliner lantaran ingin lebih lama berkumpul bersama keluarga. Sebab selama ini profesi yang ia tekuni sejak tahun 2015 lalu tersebut memaksanya harus sering meninggalkan keluarga ke luar kota.
"Dulu profesi saya pramugari sejak tahun 2015, terus setahun kemarin sudah keluar karena sudah punya anak. Pingin fokus sama keluarga akhirnya buka usaha kuliner ini," katanya.
Advertisement