Nikmatnya Nyeruput Kopi Mangrove di Pantai Permata Probolinggo
Tanaman kopi sekaligus minuman kopi, bukan hal asing lagi bagi keseharian warga di negeri ini. Kopi telah menjadi minuman di rumah, warung kopi, kafe, hingga resto mewah.
Selain seduhan kopi murni, minuman ini biasa dicampur dengan bahan lain seperti susu, coklat, hingga rempah-rempah. Di Kota Probolinggo, ada minuman campuran kopi rempah-rempah plus biji buah mangrove.
Adalah, Sutarto Adi, 62 tahun, warga Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo yang mengolah dan memasarkan kopi mangrove. Warga Jalan Tangkupan Perahu, Pilang itu membuat kopi mangrove sejak 12 tahun silam.
“Awalnya, saya bersama istri membuat kopi mangrove pada 2011 silam,” kata Pak To, panggilan akrab Sutarto Adi.
Bahkan pada 2015, sang istri, Amisah juga mengolah buah mangrove menjadi tepung. Selanjutnya, tepung mangrove diolah menjadi aneka kue seperti, dodol, kolak, dan lain-lain.
Setelah Amisah meninggal dunia, Pak To tidak lagi memproduksi tepung dari buah mangrove. “Selain pengolahan relatif sulit, diperlukan buah mangrove dalam jumlah banyak,” katanya.
Pria kelahiran Kecamatan Gumukmas, Jember yang sehari-hari bertani itu mengaku, memperoleh pengetahuan seputar mangrove dari Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan. “Ada sedikitnya 24 jenis tanaman mangrove yang tumbuh di pesisir di Indonesia,” ujar pria yang mengaku protolah kelas 2 Sekolah Dasar (SD) itu.
Khusus untuk pembuatan kopi mangrove, kata Pak To, diperlukan Avicennia atau di Indonesia dikenal dengan nama api-api. Tanaman ini dicirikan dengan perakaran yang berbentuk pensil menonjol dari permukaan air yang berfungsi sebagai akar napas.
“Untuk membuat kopi mangrove, kami biasa menggunakan mangrove jenis Avicennia Alba dan Avicennia Marinae,” ujar Pak To.
Kreativitas Pak To dan keluarganya membuat kopi mangrove akhirnya diketahui Dinas Pertanian setempat. Ia kemudian diminta mengikuti pelatihan pembuatan kopi mangrove di Pamekasan, Madura.
Melalui pelatihan, Pak To akhirnya mendapatkan tambahan pengetahuan tetang proses pembuatan produk yang higienes, cara mengemas, hingga memasarkan produk.
Dikatakan, meski bernama kopi mangrove bahannya beragam. Mulai kopi dan buah mangrove, ditambah dengan aneka rempah-rempah seperi, jahe, keningar, kayu manis, daun salam, hingga bahan-bahan lain.
Yang jelas, bahan baku utama berupa kopi dan buah mangrove dikeringkan di terik matahari. “Daging buah mangrove setelah dipetik dan dikupas biasanya kering setelah dua hari dijemur,” kata Pak To.
Setelah kopi dan buah mangrove kering barulah kedua bahan ini disangrai (roasting), kemudian dicampur beragam rempah-rempah. Setelah itu barulah bahan-bahan tersebut ditumbuk atau digiling dan terakhir disaring.
Bubuk kopi mangrove kemudian dikemas dalam kemasan 100 gram. Produk dengan merek “Kopi Mangrove Avicenia” itu dibanderol dengan harga Rp15.000.
Untuk per 100 gram, kopi mangrove ini di banderol dengan harga Rp15 ribu. Namun, jika ada warga yang ingin menikmati secangkir kopi mangrove, cukup datang ke Pantai Permata, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo.
Secangkir kopi mangrove di warung kopi milik Pak To, yang terletak di tepi pantai tersebut dijual dengan harga relatif murah, Rp3.000. “Rasanya sangat terasa rempah-rempahnya, termasuk rasa buah mangrovenya,” ujar Alvi Wardha, warga Probolinggo.
Alvi bersama temannya, Rafel sengaja datang ke Pantai Permata untuk berwisata sekaligus untuk nyeruput (minum) kopi mangrove. “Saya memang penggemar kopi, makanya penasaran ingin nyeruput kopi mangrove. Asyik juga rasanya,” kata Rafel.
Suasana semakin mengasyikkan karena Pak To sekaligus menunjukkan beragam tanaman di kawasan hutan tanaman pantai (mangrove) di Pantai Permata. Selain membuka warung kopi mangrove, Pak To juga dikenal sebagai pengurus Kelompok Tani Pilang Lestari.
“Sehari-hari saya dan keluara sering di Pantai Permata, selain menjaga warung, juga membuat pembibitan mangrove,” kata bapak empat anak itu.
Disinggung soal pemasaran kopi mangrove, Pak To mengaku, selain dibantu Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (DPKPP), juga dipasarkan melalui online. “Karena itu silakan membeli dan minum kopi mangrove produksi saya, insya-Allah baik untuk kesehatan karena kopi mangrove plus rempah-rempah,” ujarnya berpromosi.
Advertisement