Nikmatnya Bakso Saeton, Kuliner Legendaris di Kota Banyuwangi
Bakso merupakan salah satu kuliner yang paling diminati masyarakat luas. Di Banyuwangi, ada sebuah warung bakso yang sudah melegenda. Namanya bakso Saeton.
Sesuai namanya, bakso Saeton merupakan bakso milik Saeton, 79 tahun, warga Jalan Barong 156 Kelurahan Bakungan, Banyuwangi.
Bakso Saeton berbeda dengan bakso lain, karena merupakan perpaduan bakso daging sapi dengan kuah soto yang istimewa.
Kuah soto yang kental dan nikmat memberikan citarasa yang sangat khas pada bakso Saeton.
Kenikmatan kuah soto ini terpadu sempurna dengan pentol daging yang kenyal namun lembut. Ditambah lagi ada potongan daging sapi kecil-kecil di dalam pentolnya. Membuat sensasi nikmat dalam setiap gigitan.
Belum lagi aroma segar kecambah saat tersiram kuah soto yang panas. Kesegaran aroma kecambah ini mampu menggugah selera makan setiap orang. Khususnya para pecinta kuliner bakso dan soto.
"Pokoknya enak sekali, bakso dicampur dengan kuah soto membuat rasanya semakin nikmat," ujar, Yolanda Fitria, 25 tahun, warga Desa/Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Minggu, 2 Agustus 2020.
Ibu satu anak ini mengaku, selalu menyempatkan diri untuk makan bakso Saeton setiap kali datang ke Banyuwangi. Maklum tempat tinggalnya terbilang cukup jauh di lereng Gunung Raung, sekitar 50 km dari kota Banyuwangi.
"Saya bersama suami selalu menyempatkan diri makan bakso Saeton kalau pas ada acara di kota. Soalnya tidak ada cabang di tempat lain," katanya.
Saeton telah memulai usaha sejak tahun 1969. Awalnya, ayah dua anak ini berdagang bakso dengan cara berkeliling. Setelah pelanggannya semakin banyak akhirnya dia menjadikan rumahnya sebagai warung bakso.
"Sampai sekarang ya buka di rumah. Kalau sore kadang berjualan di pertigaan dekat rumah," kata putri bungsu Saeton, Eny Indriyati, 43 tahun.
Eny menjelaskan, mulanya bakso yang dijual ayahnya menggunakan kuah bakso seperti umumnya bakso lain. Namun, almarhum ibunya memiliki ide untuk mengganti kuah bakso dengan soto. Ternyata ide ini mendapat respon positif dari pelanggannya. Sehingga, sampai saat ini bakso Saeton menjadi bakso yang identik dengan kuah soto.
Untuk harganya, satu porsi bakso Saeton hanya dipatok sebesar Rp12 ribu. Jika ingin tambahan ceker, leher dan kepala ayam tinggal menambah Rp3 ribu saja. Bakso Saeton buka mulai pukul 10.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
"Selain di rumah, kalau sore biasanya mangkal di pertigaan. Menjelang magrib biasanya sudah habis," katanya.
Libur Hari Kamis
Jika kebanyakan orang memilih libur di hari Minggu atau hari Jumat, Bakso Saeton memilih hari berbeda untuk libur. Saeton memilih hari libur pada hari Kamis.
Alasannya, hari Kamis malam atau malam Jumat sangat baik digunakan untuk beribadah di rumah.
Selain itu, Saeton memilih hari Kamis untuk libur karena konon pada suatu hari dia pernah bertemu hantu saat berjualan bakso keliling. Kebetulan hari itu adalah hari Kamis. Sehingga, mulai saat itu diputuskan untuk libur pada hari Kamis.
"Memang pernah bertemu hantu. Tapi bukan karena itu saja penyebabnya sehingga diputuskan untuk memilih hari Kamis untuk libur," kata Eny.
Saat ini, Saeton sudah lebih banyak beristirahat. Karena kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan, usaha baksonya kini diteruskan oleh Eny. "Karena sudah tua, bapak lebih banyak istirahat," katanya.