Nikmati Sensasi Memasak Makan dan Minum di Perkampungan Korea
Persaingan usaha kafe dan resto di Kediri semakin kompetitif. Para pemilik usaha saling berlomba menyajikan inovasi dalam membuat tongkrogan baru yang berbeda. Semua itu demi memberi kesan nyaman kepada pengunjung.
Di jalan Mayor Bismo, Kelurahan Semampir, Kota Kediri, ada sebuah kafe dan resto baru yang menawarkan konsep tentang perkampungan Korea.
Kafe dan Resto yang baru dilauncing para hari Rabu, 13 Januari 2021 kemarin itu, diberi nama Segoro Art Rock Suki Grill n Cafe. Ada sekitar 6 rumah penduduk yang tinggal di sana yang bangunannya didesain ala Korea.
Disamping itu, bangunan tembok perkampungan sepanjang jalan dicat dengan aksesoris miniatur pohon serta nama jalan asal Korea.
Kafe dan resto konsep ala Negeri Ginseng ini merupakan satu-satunya yang ada di Kota Kediri. Meski masih dalam satu lingkup, namun kafe dan resto yang ada di sini, dibuat secara terpisah dan dikelolah oleh manajemen berbeda.
"Nama gang perkampungan ini kan semula segoro arto, lalu kita ubah menjadi segoro art rock. Kebetulan kan adik saya suka musik rock. Yang mengonsep perkampungan Korea ini adalah ayah dan ibu saya, Kita terinspirasi dari kesuksesan kampung coklat yang ada di Blitar. Akhirnya kita buat seperti ini," terang Muhammad Shi Bo Malisi putera dari pemilik usaha.
Menurutnya, hal ini sesuai dengan momentum, dimana budaya Korea saat ini lagi tren dan banyak digandrungi oleh kawula muda, baik seni musiknya, film dan kuliner. Di kota besar banyak restoran yang menyajikan menu masakan Korea, namun untuk kuliner Korea yang bercokol di sentra perkampungan, kemungkinan baru kali ini.
Lebih lanjut, pemuda berusia 23 tahun ini mengaku, untuk merombak dan mendesain, sekaligus membuat kafe dan resto ala Korea, membutuhkan dana ratusan juta. Kafe dan resto tersebut mulai didesain pada awal bulan Agustus 2020 lalu.
Lokasi kafe dan restoran dibuat secara terpisah, namun masih dalam lingkup perkampungan Korea. Hidangan yang disajikan pun berbeda. Restoran Suki Grill n Cafe ini posisinya berada di depan.
Menu hidangan yang disajikan lebih condong ke menu Korea. Di sini pengunjung diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses memasak.
"Konsumen bisa memanggang langsung daginnya, sensasinya dari situ. Sehingga bisa menentukan kematangan daging itu sendiri, sesuai selera. Jadi sifatnya edukasi secara langsung ke pengunjung," Kata Muhammad Shi Bo Kamis, 14 Januari 2020.
Menu masakan ala Korea berbahan daging sapi ini dijual dengan harga bervariatif ditentukan sesuai kategori usia. Kategori pria dewasa dijual Rp80 ribu, Lansia Rp70 ribu, sementara anak-anak Rp50 ribu. Dengan harga sekian, pengunjung bisa makan sepuasnya dengan dibatasi waktu selama 90 menit.
Sementara untuk konsep kafe, lebih ditonjolkan di ruang terbuka. Menu makanan yang ditawarkan lebih cenderung ke makanan ringan semacam rice ball. Rice ball adalah masakan nasi putih yang ditaruh di mangkok ukuran kecil dengan toping beraneka macam.
Selain itu, ada juga beragam varian jenis minuman yang dijual, seperti kopi dan minuman jenis modern.
"Minuman paling murah jenis kopi tubruk, cuman Rp10 ribu, kalau minuman lainya nggak sampai Rp20 ribu mas," Papar mahasiswa UGM jurusan Manajemen semester akhir ini.
Bagi pengunjung yang suka narsis dan eksis di depan kamera, tempat tongkrongan ini sangat direkomendasikan. Karena, selain bisa menikmati sajian ala Korea, pengunjung bisa eksplore untuk berwafoto di setiap sudut perkampungan yang dikonsep ala Korea ini.
Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa memanfaatkan bangunan lantai dua kafe dengan latar belakang area persawahan untuk berfoto ria dengan nuansa pedesaan.