Nikita Mirzani dan Dewi Persik Percantik ‘Miss V’ dengan Operasi
Jika Nikita Mirzani memilih sebuah rumah sakit di Jakarta untuk melakukan prosedur bedah untuk organ intimnya. Berbeda dengan Dewi Persik. Pedangdut yang akrab disapa Depe ini rela terbang jauh ke Mesir demi melakukan operasi ‘miss v’ pada 2011 silam.
Penyanyi asal Jember, Jawa Timur itu mendapat rekomendasi dari produser film KK Dheeraj untuk melakukan operasi di As-Salam International Hospital Kairo Mesir, saat ia membintangi film Pacar Hantu Perawan.
Berbeda kasus dengan Nikita yang telah mempunyai dua anak sehingga ia merasa butuh untuk mengencangkan kembali organ intimnya.
“Karena Niki kan anak sudah dua, jadi pingin kayak perempuan yang belum punya anak gitu,” tutur istri Dipo Latief ini.
Selain untuk mengenangkan bagian vagina, ternyata Nikita juga mengalami keluhan yakni terlalu sering buang air kecil.
“Salah satu keluhannya dari beser (sering buang air kecil), juga karena sudah melahirkan normal dan ada penurunan,” ujar Dr. Fransiska, dokter yang akan melakukan operasi pada Nikita.
Berbeda kasus dengan Nikita, Depe belum punya anak hingga sekarang ini. Tapi ia sudah dua kali menikah dengan Saipul Jamil dan Aldi Taher. Kini Depe menikah untuk ketiga kalinya dengan sang manajer, Angga Wijaya.
Soal berapa uang yang harus dikeluarkannya untuk biaya operasi perawan itu, Depe enggan menyebutkannya. “Menurut saya, itu tidak etis,” katanya.
Menurut Depe, apa yang dijelaskan oleh tim dokter yang mengoperasinya sangat jelas dan diyakini sangat aman. Namun, ia tidak ingin semua orang tahu banyak tentang hasil operasinya. Depe hanya ingin semua orang sekadar tahu apa yang sudah dilakukannya dan bebas memberikan pendapat.
“Maaf, aku nggak bisa jelasin hasil operasinya secara lengkap. Bagaimana pun aku juga punya rahasia pribadi dan dokter pun minta demikian. Yang jelas, apa yang dijelaskan dokter aku yakini begitu profesional dan hasilnya aman. Kalau operasinya sih makan waktu hampir satu jam,” kata pemeran film Tiren dan Arwah Goyang Jupe-Depe itu.
Secara medis operasi keperawanan menurut seksolog, dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG MARS ada dua macam, yakni hymenoplasty dan vaginoplasty. Dua-duanya menurutnya tidak cocok dilakukan oleh Depe.
Operasi hymenoplasty biasanya dilakukan jika orang mempunyai masa kelam seperti free sex atau selaput daranya robek karena kecelakaan atau diperkosa. Depe pun bukan kategori yang pertama ini.
“Jadi operasi ini untuk memulihkan keperawanan yang robek, sehingga dia perlu melakukan operasi selaput dara agar saat malam pertama masih bisa menemukan darah dan tampak seperti perawan,” ujarnya.
Kalau operasi vaginoplasty, dilakukan oleh perempuan yang telah memiliki anak dan menginginkan agar vaginanya berfungsi seperti semula sebelum punya anak. Operasi ini dilatarbelakangi vagina yang digunakan untuk melahirkan bayi.
“Dua kriteria ini kan tidak ada yang masuk untuk Depe. Komentar saya, kenapa melakukannya? Karena sayang, buang uang dan kenapa jauh-jauh melakukannya di luar? Di Indonesia pun banyak ya,” jelas Boyke.
Mengenal Vaginoplasty
Dalam bahasa kedokteran, operasi organ intim perempuan disebut sebagai vaginoplasty. Operasi pada vagina ini sebenarnya ada beberapa macam dan memiliki banyak fungsi, di antaranya untuk mengencangkan kembali otot vagina setelah melahirkan atau bahkan ‘membuat’ vagina. Dalam konteks ‘membuat vagina,’ ini misalnya dilakukan pada mereka yang transgender. Diduga Lucinta Luna telah melakukan prosedur tersebut.
“Vaginoplasty adalah semua operasi yang dilakukan pada vagina. Yang paling sering dilakukan adalah untuk mengurangi garis berlebihan pada vagina dan juga membuat otot vagina kencang kembali. Banyak perempuan yang mengalami pelebaran pada vagina setelah melahirkan dan peregangan pada lapisan otot di bawahnya,” kata Dana M. Goldberg, M.D, dokter bedah plastik.
Namun begitu, menurut situs WebMD, vaginoplasty tidak menjamin akan membawa kenikmatan seksual ataupun rangsangan bagi perempuan. Bahkan, pengencangan vagina justru bisa membuat wanita merasakan kesakitan dan responnya pada sensasi seksual menjadi berbeda.
Vaginoplasty tidak hanya dilakukan untuk mengencangkan otot vagina. Seperti dalam kasus seorang wanita dari Arizona bernama Kaylee Moats misalnya, ia membutuhkan operasi ini karena memiliki kondisi langka, yakni lahir tanpa vagina.
Kaylee Moats baru menyadari keadaannya ini setelah merasakan keanehan. Ketika usianya sudah 18 tahun, dia tidak pernah mengalami menstruasi. Sampai akhirnya hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa ia tidak memiliki uterus, serviks, dan vagina.
Vagina yang ‘digunakan’ oleh Moats adalah vagina yang dibuat dari sel-sel tubuhnya dan dikembangkan di laboratorium, kemudian dipasangkan melalui prosedur vaginoplasty. (*)