Proses Pembuatan Vaksin Virus Prof Nidom dari Bahan Empon-empon
Ketua tim riset corona dan formulasi vaksin di Professor Nidom Foundation (PNF), yakni Chairul Anwar Nidom, tengah menyiapkan vaksin virus dan virus pernafasan lainnya. Bahan baku yang digunakan adalah empon-empon.
Sebelumnya, Prof Nidom juga tengah mengembangkan obat serupa namun dengan teknologi berbeda.
Selama ini, menurut Prof Nidom, empon-empon hanya digunakan sebagai penyedap masakan saja. Padahal, empon-empon bisa juga dipakai untuk obat lain. Salah satu contohnya, anti virus corona atau Covid-19.
“Bahan bakunya dari empon-empon seperti jahe, kunyit, sereh, temulawak (jakuset). Selama ini bahan alami jamu tersebut hanya diposisikan sebagai penyegar tubuh imunosuplement (makanan yang mengandung kombinasi vitamin, mineral, dan tanaman herbal), bukan sebagai antiviral,” kata Nidom, ketika dikonfirmasi Ngopibareng.id, Senin, 30 Maret 2020.
Menurut Prof Nidom, saat ini masih belum ada pakar yang mengembangkan penelitian mengenai bahan empon-empon itu. Oleh karena itu, dia sudah memiliki peralatan untuk meneliti kandungan yang ada di jakuset.
“Ini dikarenakan riset-risetnya tidak pernah ditingkatkan untuk mendapatkan obat antiviral. Kebetulan PNF memiliki peralatan yang bisa digunakan untuk tujuan mencari obat antiviral dari jakuset atau empon-empon tersebut,” ungkap Prof Nidom.
Saat ini, lanjut Prof Nidom, pihaknya sudah dalam tahap uji coba kepada ferret. Salah satu jenis hewan ini direkomendasikan oleh WHO sebagai riset berkaitan dengan infeksi saluran pernafasan.
“Maka dibuat suatu formulasi dari jakuset, yang kemudian diberikan kepada hewan ferret. Sudah dilakukan sejak dua bulan yang lalu, dan dijadikan empat kelompok perlakuan,” jelasnya.
Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, tersebut membeberkan empat kelompok tersebut.
Kelompok pertama, ferret diberi formulasi setiap hari, kemudian setelah 14 hari hewan diinfeksi virus yang menyerang saluran nafas.
"Kelompok kedua, ferret diberi formulasi bersamaan dengan infeksi virus pernafasan," sambung dia.
Kelompok ketiga, ferret terlebih dulu diinfeksi virus tersebut terlebih dahulu, kemudian baru diberi dormulasi. Terakhir, kelompok empat yakni ferret diinfeksi tapi tidak diberi formulasi.
Prof Nidom menerangkan, semua tahapan riset telah dilakukan, dan tinggal menunggu hasilnya saja. Dia pun berjanji bakal menginformasikan hasilnya dalam waktu dekat ini.
"Riset sudah dilakukan, tinggal finalisasi saja. Mudah-mudahan dalam dua minggu tidak ada masalah yang serius, sehingga bisa diharapkan sebagai obat antiviral saluran pernafasan, termasuk untuk covid-19,” tuturnya.
Soal pembuatan vaksin anti virus corona, menurutnya, ada kendala karena belum bisa menemukan Covid-19 yang bisa digunakan sebagai antigen.
“Saya telah merancang dan menyiapkan program vaksin anti Covid-19 dengan teknologi KO (Knock Out) Flu Vaccine. Teknologi ini dengan memanfaatkan virus flu sebagai tumpangan antigen Covid-19, sehingga 1 vaksin digunakan untuk mencegah flu dan Covid-19,” terang Prof Nidom.
Advertisement