Nia Ramadhani, Kasusmu Menginspirasi
Nia Ramadhani dan suami divonis setahun bui, Selasa 11 Januari 2022). Mereka kaget. Nangis. Karena jaksa menuntut setahun rehabilitasi. Vonisnya kok begitu. Kasus ini bicara: Bahwa kaya harta dan kuasa, menjerumuskan mereka.
Pendidikan ini, khusus bagi yang merasa miskin harta dan kuasa. Hidup sekali, mengeluh berkali-kali. Sering mengucap "syukur", tapi selalu merasa "kurang".
Nilai inspirasi kasus ini bukan di sidang putusan, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa 11 Januari 2022. Bukan di situ.
Melainkan di konstruksi kasus. Yang terungkap jelas, sepotong demi sepotong. Dari penyidikan polisi, sampai persidangan.
Rabu sore, 7 Juli 2021. Sopir keluarga Nia Ramadhani, Zen Vivanto (43) ditangkap polisi. Digeledah, polisi menemukan satu klip narkotika jenis sabu. Kata Zen ke polisi, itu milik majikannya. Dari situ kasus menggelinding.
Kamis, 8 Juli 2021. Kabid Humas Polda Metro Jaya (waktu itu), Kombes Yusri Yunus menggelar konferensi pers. Memaparkan kronologi penangkapan.
Yusri: "TKP-nya di rumah daerah Pondok Pinang, Kebayoran lama, Jakarta Selatan. Rabu, 7 Juli 2021 pukul 15.00 WIB." Pelaksana penangkapan, Satnarkoba, Polres Jakarta Pusat.
Setelah Zen Vivanto tertangkap tangan, lalu mengaku begitu, Nia ditangkap di dalam rumah. Digeledah. Dari penggeledahan, ditemukan bong, bekas konsumsi sabu.
Hasil interogasi di TKP, mereka mengakui mengkonsumsi sabu. Nia mengaku, dia biasa nyabu bersama suami, Ardi Bakrie, yang waktu itu tidak di rumah.
Nia dan Zen dibawa polisi ke Mapolres Jakarta Pusat. Malamnya, Rabu 7 Juli 2021 sekitar pukul 20.00 WIB Ardi Bakrie menyusul istri, mendatangi Polres Jakarta Pusat, menyerahkan diri. Mereka semua langsung di-tes urine. Hasilnya, semua positif sabu.
Polisi belum menetapkan status tersangka. Maklum, Ardi dan Nia adalah putera dan menantu pengusaha dan politisi top Indonesia, Aburizal Bakrie. Polisi bertindak hati-hati.
Kombes Yusri: "Untuk lebih memastikan lagi, polisi melakukan pemeriksaan, dengan mengirim sampel darah dan rambut ketiga terduga tersebut ke laboratorium Mabes Polri." Hasilnya: Tetap positif sabu.
Mereka tersangka. Langsung dimasukkan ke panti rehabilitasi.
Nia Merasa, Dia Kutukan
Kamis, 16 Desember 2021 pagi, sidang di PN Jakarta Pusat. Terdakwa Nia Ramadhani, agenda sidang: Pemeriksaan terdakwa Nia.
Nia di persidangan: "Di awal tahun 2014, papa saya meninggal. Waktu itu saya ketemu dia baru tiga tahun belakangan, sebelum dia meninggal."
Ayah Nia, Priya Ramadhani, meninggal, Jumat, 7 Februari 2014 di usia 60. Akibat kanker darah menyerang tulang. Priya, mantan pengurus Partai Golkar, sempat jadi Anggota DPRD DKI Jakarta. Ia meninggal, beberapa hari setelah merayakan ulang tahun bersama semua anak-anak, termasuk Nia dan Ardi.
Nia: "Sejak itu saya selalu sedih. Dari saat itu sampai April tahun 2021 saya belum p ernah bisa cerita ke siapapun bahwa saya kehilangan."
Ada apa dengan April 2021? Itulah saat pertama kali Nia mengkonsumsi sabu.
Nia: "Saya pernah cerita ke teman. Saya bilang, saya selalu meratapi nasib buruk. Tapi jawaban mereka, begini: Nia, malulah untuk sedih. Karena hidupmu itu banyak yang pengin. Kamu terkenal. Kamu punya suami keren. Kamu punya anak-anak cantik, ganteng, cerdas. Harta berkelimpahan. Kamu hidup di keluarga terpandang. Kamu nggak patut sedih."
Dilanjut: "Di saat itu saya terpuruk. Karena saya merasa sebagai seorang Nia itu kutukan. Saya sedih... Saya bener-bener kehilangan belahan jiwa saya, papa saya itu."
Waktu bicara, suara Nia bergetar. Menangis. Maka, Ardi, yang duduk di sebelah, langsung mengusap punggung Nia. Menenangkan.
16 April 2021 Nia ultah ke-31. Dirayakan bersama keluarga.
Nia: "Dan April 2021 itu saya lagi pengin-penginnya dapat ucapan ultah dari papa. Sedih banget. Lalu saya teringat teman-teman waktu 2006, mengatakan, ada suatu zat. Yang katanya, kalau kita pakai, efeknya dari capek bisa kuat, dari sedih bisa jadi happy."
Hakim anggota, Fahzal Hendri, memotong: "Siapa teman yang kenalkan barang itu (narkoba)?"
Nia diam sejenak. Kelihatan mikir. Lantas menjawab: "Di perkumpulan syuting saya dululah, Pak. Saya saat itu mungkin batin saya jadi lemah. Jadi, saya kemakan kata-kata itu. Lalu saya cari zatnya, dan saya mau."
Hakim tidak mengejar soal teman Nia. Melainkan, mengejar logika yang kurang nyambung.
Hakim: "Interval waktu, 'kan lama banget. Antara orang tua meninggal 2014, kok baru tujuh tahun kemudian Saudara cari-cari jalan keluar?"
Nia: "Karena di April 2021 sedihnya saya sampai bikin sesak. Saya benar-benar breakdown. Saya mau cerita tapi nggak bisa."
Dilanjut: "Saya tahun 2021 benar-benar merasa terpuruk aja. Mungkin tahun ini saya selalu dituntut jadi orang sempurna. Gak boleh sedih. Saya selalu dituntut happy. Saya breakdown. Saya jatuh." (sambil nangis). Sekaligus menyesal.
Tangis Nia semakin ambyar, ketika hakim menyinggung soal anak-anak. Pernikahan Ardi-Nia dianugerahi tiga anak: Mikhayla Zalindra Bakrie, Mainaka Zanatti Bakrie, Magika Zaladrie Bakrie.
Ardi Merasa Lemah
Giliran Ardi ditanya hakim di persidangan. Terungkaplah, ia memikul beban berat.
Hakim ke Ardi: "Saudara kan normal saja. Sehat, mapan, kaya, terkenal. Apa alasan Saudara menggunakan sabu?"
Ardi: "Bahwa saya tumbuh dari kecil dengan keyakinan, bahwa sebagai laki-laki kita harus kuat. Tidak boleh lemah. Tidak boleh berkeluh kesah. Kalau dewan hakim (majelis hakim) ini melihat atau bertanya kepada teman-teman saya, mereka sering berkata, begini: Kok, elo kayak nggak punya masalah. Kayaknya hidup elo selalu happy terus."
Dilanjut: "Tetapi saya juga seorang manusia. Yang punya masalah. Tetapi saya tidak berani menunjukkannya. Selalu saya pendam. Tidak berani berkeluh kesah, karena stigma yang saya miliki itu."
Stigma positif, justru berdampak negatif terhadap psikologis Ardi. Kelihatannya unik, tapi begitulah pengakuan Ardi.
Ardi: "Oleh sebab itu, saya menggunakan zat terlarang ini. Karena, ketika saya menggunakan, saya merasa pada saat itu lepas. Lega. Kelemahan yang tidak mau saya tunjukkan itu, lepas. Ini pertama kali saya mengakui kelemahan saya. Di depan majelis. Ini suatu hal yang sangat berat buat saya."
Ardi menunduk. Tidak menangis. Mungkin menahan tangis. Karena, katanya, laki harus kuat. Tapi jelas ia sedih. Mengungkap kelemahan di depan sidang.
Harapan Terdakwa Meleset
Nia dan Ardi sama-sama menyatakan menyesal mengonsumsi sabu. Mereka sama-sama menyatakan, merasa jauh lebih baik setelah direhabilitasi. Sejak ditangkap polisi.
Ada yang unik. Dalam persidangan saksi polisi menyatakan, Nia mengaku mengonsumsi sabu sekali.
Tapi, itu malah dibantah Nia. "Saya tidak ngomong begitu. Saya ngomong, saya pakai sabu empat atau lima kali. Saya lupa. Pokoknya, tiap sedih, saya pakai itu."
Mungkin, saksi polisi berusaha melindungi nama baik keluarga Aburizal Bakrie. Tapi malah dibantah Nia. Yang jarang terjadi pada umumnya terdakwa.
Kamis siang, 23 Desember 2021. Di PN Jakarta Pusat. Sidang dengan agenda tuntutan jaksa. Menuntut tiga terdakwa masing-masing setahun rehabilitasi.
Nia menyatakan, minta keringanan. Dia sampaikan, anak-anak sudah lama berpisah dengan ortu. Dia memohon, masa rehabilitasi dipersingkat lagi. Akhirnya, divonis setahun penjara. Mereka menyatakan, naik banding.
Hakim pengadilan tingkat banding, pastinya mencatat konstruksi ini. Mareka berpikir dengan logika hukum.
Masyarakat menyimak konstruksi ini. Kisah yang menginspirasi. Agar selalu bersyukur. Terutama bagi yang merasa miskin harta dan tahta.
Oleh: Djono W. Oesman