Ngikan, Tak Sekadar Resto Olahan Ikan Biasa
Pertama di Jawa Timur, Ngikan Resmi Grand Opening hari ini, Sabtu 16 November 2019. Restoran yang dikenal dengan sajian fillet ikan goreng tepung dan nasi liwetnya ini menjadi salah satu brand kuliner lokal yang sedang banyak digemari oleh masyarakat.
Di Jawa Timur sendiri, Ngikan Surabaya adalah cabang pertama yang dimiliki oleh Tom Liwafa, dimana nantinya juga akan hadir di beberapa kota lainya, seperti Sidoarjo dan Malang. Sebagai pemilik resto Ngikan Surabaya, Tom Liwafa mengakatan, menu makanan di Ngikan adalah sebuah produk yang menjawab tantangan tentang tambahan gizi pada sebuah sajian kuliner.
“Kita semua sudah mengetahui dari berbagai penelitian akademis, bahwa kandungan gizi dan nutrisi pada seekor ikan sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Kandungan seperti protein, omega 3,” katanya.
Tak hanya itu, Tom Liwafa juga mengungkapkan, melalui brand Ngikan ini, dirinya juga mempunyai tujuan khusus di balik kegiatan bisnisnya, yaitu sosial movement. “Mengingat kita ini adalah negara maritim, tentunya stok ikan kita sangat belimpah. Dan banyak masyarakat yang menyandarkan kehidupannya dengan menjadi seorang nelayan. Nah, untuk itu saya secara pribadi juga ingin memberikan kesempatan yang lebih luas untuk menyerap hasil panen ikan dari para nelayan,” ungkapnya.
Ke depan, lanjutnya, tentunya tak hanya olahan menu ikan saja, rencananya berbagai biota laut juga akan dihadirkan di resto ini. Seperti udang, cumi-cumi, dan lain-lain. “Berbagai olahan menu di Ngikan ini nantinya tentu bisa dinikmati oleh berbagai kalangan pelanggan. Menggunakan ikan dengan kualitas terbaik, serta tepung yang premium, pelanggan juga dapat memilih aneka sambal nusantara seperti sambal matah, sambal acar kuning, dan sambal mercon. Semua kombinasi tersebut hanya dibanderol dengan harga sebesar Rp. 19.000 per porsinya,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Tom mengatakan, Ngikan mampu menjawab kesejahteraan bagi para nelayan, dan memberikan perbaikan gizi bagi para pelanggan. “Sehingga Ngikan tidak sekadar sebuah komoditi bisnis semata, namun menjadi sebuah sosial movement bersama, untuk saling berperan dalam perbaikan gizi dan kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
Sementara Tom Liwafa sendiri merupakan pemuda Surabaya yang saat ini sedang mendedikasikan dirinya dalam sebuah ekosistem bisnis lokal. Pria lulusan S1 Design Produk, dan S2 Magister Management ini bertranformasi menjadi tak sekadar seorang pengusaha, melainkan menjadi induk rumah bagi para pelaku usaha lainya.
Tahun 2008 adalah langkah pertama bagi Tom Liwafa untuk terjun dalam dunia bisnis. Kala itu, ia fokus bergerak dalam dunia interior desain, serta fashion. Nama-nama brand seperti Handmade Shoes Surabaya, Delvation Store, Delta Outfit, serta Razter Project, adalah sebagain contoh keberhasilan berkat tangan dingin seorang Tom Liwafa.
Kini, Tom Liwafa juga memberikan kepeduliannya kepada para pelaku usaha lainya, dengan membuat sebuah Kelompok Pemberdayaan UMKM. Total terdapat kurang lebih seribu pelaku UMKM yang tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah dan membentuk sebuah ekosistem bisnis yang terintegral. Tom, sapaan akrabnya, mengaku, sosial movement tersebut dijalankan sejak tahun 2013. Ia berpendapat bahwa, dengan memberikan covering serta mebuka jaringan bisnis bagi para pelaku UMKM, hal ini juga dapat mendorong perekonomian Indonesia tumbuh lebih baik.
Ke depan, Tom meyakini tantangan para pelaku UMKM akan semakin kompleks. Menurutnya, era teknologi seperti saat ini juga harus diikuti dengan penyesuaian teknik menjual atau memasarkan sebuah produk kepada konsumen.
Tom, berharap melalui pemberdayaan UMKM yang ia jalani saat ini dapat memberikan sumbangsih bagi Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara-negara yang telah mapan dalam kegiatan ekonomi & bisnis. Satu-satunya cara adalah para pelaku UMKM bisa menjamin memasarkan produk buatannya hingga ke pelosok daerah sekalipun.
Hal ini dapat ditempuh dengan menggunakan pemasaran digital, sehingga menciptakan pemerataan produk atau jasa. Kesempatan tersebut dapat berdampak pada tumbuh kembangnya jaringan bisnis bagi para pelaku UMKM meski ia berdomisili di kota-kota kecil. Penyerapan tenaga kerja juga semakin besar.
Advertisement