Ngenes, Dispora Banyuwangi Disebut tak Danai Atlet Disabilitasnya
Seorang atlet disabilitas Banyuwangi menorehkan prestasi yang membanggakan pada Pekan Paralimpik Provinsi (Peparprov) Jawa Timur bulan Mei 2021 lalu. Dia adalah Dian Gusti Pangayom. Gadis ini berhasil meraih medali emas pada cabang olahraga bulutangkis.
Kini atlet disabilitas tuli ini akan memperkuat tim Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Provinsi Jawa Timur 2021 untuk berlaga di Papua pada pertengahan November 2021 yang akan datang.
Sayangnya torehan prestasi yang diraih Dian Gusti Pangayom ini diraih tanpa dukungan yang pantas dari pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) Banyuwangi. Saat bertanding di Pepraprov, Dian dan 8 atlet disabilitas lainnya harus berangkat dengan biaya sendiri.
Keterangan Sekretaris National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Banyuwangi, Peni Munawaroh, 40 tahun, menyatakan, dalam Peparprov Jawa Timur lalu, NPCI Banyuwangi membawa 9 atlet plus satu official sehingga total tim sebanyak 10 orang.
“Kami sudah mengajukan dana ke Dispora. Lalu kami berangkat duluan. Kurang tahu apa kami mengajukannya terlambat apa gimana, dalam 9 orang itu kami dikasih Rp1,5 juta,” ujar Peni saat mengikuti audiensi di Gedung DPRD Banyuwangi, Senin, 11 Oktober 2021.
Dia menyebut, selama ini, atlet disabilitas Banyuwangi berjuang sendiri dengan dana dari kocek sendiri membawa nama baik Banyuwangi. Para atlet disabilitas ini tidak ingin nama Banyuwangi dipermalukan dalam ajang Peparprov Jawa Timur.
“Dispora banyuwangi kurang aware saat kami ikut Peparprov. Kami membawa nama NPCI Banyuwangi. Kabupaten yang lain itu sangat support dengan NPCI-nya,” jelasnya.
Dalam Peparprov Jawa Timur tersebut, NPCI Banyuwangi mengikuti tiga cabang olahraga yang dilombakan yakni atletik, bulutangkis dan catur. Dari tiga cabang olahraga yang diikuti, atlet Banyuwangi berhasil meraih medali emas pada cabang olah raga bulutangkis dan medali perak untuk lompat jauh penyandang disabilitas netra.
“Di Peparprov dapat emas. Sekarang Dia (Dian Gusti Pangayom) mengikuti Puslatda (Pemusatan Latihan Daerah) untuk dikirim ke Peparnas di Papua,” tegasnya.
Ironi kembali terjadi saat Dian Gusti Pangayom hendak berangkat mengikuti Puslatda. Menurut Peni, NPCI Banyuwangi tidak bisa memberikan dukungan bantuan dana yang layak bagi Dian untuk berangkat mengikuti Puslatda.
“Saya ngenes sebenarnya. Anak didik saya mewakili Jatim, saya malu sama orang tuanya. Kami hanya bisa ngasih uang saku Rp200 ribu. Padahal dia sudah berjuang untuk nama Banyuwangi,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Beruntung, Dian Gusti Pangayom berasal dari keluarga yang berada. Orang tuanya juga sangat mendukung minat anaknya. Selama ini yang bersangkutan belajar bulutangkis di sebuah klub bulutangkis. “Saya ingin support-nya dari Pemkab Banyuwangi,” tegasnya.
Peni mengaku, selama ini NPCI belum pernah mendapakan dukungan dana pun pembinaan. Bahkan untuk persiapan Peparprov Jawa Timur, atlet disabilitas Banyuwangi berlatih sendiri. Masing-masing atlet melakukan latihan tanpa pembinaan dari pihak manapun.
“Jadi kami hanya menyampaikan pada teman-teman bahwa akan ada Peparprov, dan meminta teman-teman untuk berlatih,” ungkapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua DPRD Banyuwangi I Made Cahyana Negara menyayangkan tidak adanya perhatian bagi atlet disabilitas Banyuwangi. Padahal mereka sudah menorehkan prestasi yang membanggakan bagi Banyuwangi. Apalagi ada satu atlet yang akan ikut dalam Peparnas di Papua. “Saya akan memaksa Pemkab, tahun depan harus dianggarkan,” tegasnya.