Ngadas; Desa Adat di Atas Awan
Bromo: Menteri Pariwisata Arief Yahya warga yang mengembangkan destinasi BTS, Bromo Tengger Semeru. "Dari dulu arek-arek Jawa Timur itu selalu bergerak lebih cepat, agresif, dan dalam bisnis cukup berani. Karena itu saya yakin, Jatim akan ngebut," ujarnya.
Salah satu daya tarik wisata ke Gunung Bromo, yakni melalui Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Sepanjang perjalanan dari Gubugklakah, Ngadas, hingga lautan pasir Bromo. Alami, menembus hutan pinus, pemandangan Gunung Semeru di sisi kanan, ngarai di kanan kiri. Pesonanya benar-benar membuat kagum wisatawan.
Desa yang masuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS) ini punya daya Tarik tersendiri, ketika wisatawan berada di desa yang memiliki ketinggian 2.150 mdpl ini. Udara yang sejuk. Bila sore hari tiba, awan menggantung di tebing-tebing curam di seputar desa. Tak heran bila sejumlah wisatawan menjuluki pula desa di atas awan.
Bagaimana tidak di atas awan, bila sekitar desa diapit lembah yang dalam. Saat lembah itu diselimuti awan putih yang lembut, maka Desa Ngadas, seolah berada di atas awan. ‘’Banyak pengunjung yang akan menuju Bromo, akhirnya menginap di sini,’’ kata Kepala Desa Ngadas, Mujianto.
Untuk mempertahankan statusnya sebagai desa adat dan desa wisata, tidaklah mengherankan bila desa yang berjarak 6,5 km dari Gunung Bromo ini, para warganya sepakat tidak mengijinkan pendirian hotel, bagi mereka pariwisata tak harus membangun hotel, buktinya banyak wisatawan lokal hingga mancanegara yang bersedia menginap di pemukiman warga.
‘’Karena itu warga berusaha memberikan fasilitas dan layanan sebaik mungkin bagi para wisatawan yang menginap di sini,’’ jelas Mujianto.
Desa Ngadas juga dikelilingi sejumlah wisata alam yang menarik wisatawan. Diantaranya Coban Trisula, Ranu pani, Coban Pelangi. Selain wisata alam, ada pula wisata adat yang dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu. Misalnya upacara Pujan, Kasada, Karo, Unan-unan, Barikan, Mayu, dan Galungan. (*)