Ngabuburit Stand Up Comedy di Surabaya, Komika: Kalau Lapar saya Pindah Agama
Ngopibareng Stand Up Competition dibuka oleh lima komika. Mereka membuat lelucon dengan tema "Cegah Radikalisme dan Tumbuhkan Toleransi", Jumat 21 Maret 2025.
Satu per satu komika mulai melontarkan lelucon mereka. Mulai dari perang sarung, sampai NU dan Muhammadiyah disinggung komika di atas panggung.
Musa, komika dari Nganjuk menceritakan tentang keluarganya. Bapaknya seorang pendeta di Nganjuk. Warga setempat sering memberikan hasil bumi sebagai bentuk terima kasih atas jasanya menghidupi gereja di kampungnya. "Saking seringnya makan hasil bumi, kalau lapar perut saya pindah agama. Bunyinya jalal waton-jalal waton," katanya sambil mengucapkannya dengan nada selawatan.
Ada pula Resti, komika perempuan disabilitas ini melontarkan leluconnya satu per satu. Mulai dari minion berhijrah, mata-mata teroris, hingga soal toleransi. "Aku iki gak iso diarani teroris. Sing ono malah diarani Dajjal, cylops," katanya sambil menunjukkan matanya yang hanya berfungsi satu.
Di akhir penampilannya Resti menyinggung soal toleransi. Ia menyebut seluruh penonton di depannya tidak toleran kepadanya. “Kabeh motone loro, aku siji dewe,” katanya disambut riuh tawa penonton.
14 komika akan dinilai oleh dua juri, Dedi Gigis dari Stand Up Indo Surabaya dan Kuncarsono, budayawan dari Surabaya.
Advertisement