New Normal dan Produktivitas Kerja, Renungan tentang Sang Waktu
Para ulama dan kiai pesantren turut memberikan pesan-pesan penting di masa pandemi COVID-19 saat ini. Apalagi, ada rencanan pemerintah untuk memberlakukan New Normal.
Menghadapi New Normal atawa tatanan baru, tetap harus mempertimbangkan kesiapan masyarakat dan kondisi yang lebih baik. Tentu saja, turunnya korban dari waktu ke waktu menjadi pertimbangan penting. Bukan sekadar untuk memenuhi tuntutan atau tekananan kalangan pengusaha atau bidang ekonomi.
Pada suatu siang, 28 Mei 2020, KH Husein Muhammad bicara dalam acara Halal Bihalal, PTKI, bertema New Normal dan produktivitas Kerja, via Zoom. Begini, antara lain pesan-pesan pentingnya.
Imam Hasan al۔Basri mengatakan :
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ. فَإِذَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ
“Wahai anak Adam. Engkau adalah beberapa hari. Jika satu hari pergi (hilang), maka sebagianmu hilang”.
Ibnu al۔Qayyim mengatakan:
العارف ابن وقته فان اضاعه ضاعت عليه مصالحه كلها فجميع المصالح انما تنشاء من الوقت فمتی اضاع الوقت لم يستدركه ابدا (ابن القيم)
"Seorang bijakbestari/intelek adalah anak sang waktu. Bila dia menyia-nyiakannya, maka semua kesempatan yang baik akan hilang. Seluruh kesempatan baik lahir dan tumbuh dari waktu. Manakala dia membiarkan waktu pergi begitu saja, dia tak akan menemuinya lagi untuk selamanya".
Dan Imam al۔Qhazali :
وَأَوْقَاتُكَ عُمْرُكَ ، وَعُمْرُكَ رَأْسُ مَالِكَ ، وَعَلَيْهِ تِجَارَتُكَ ، وَبِهِ وُصُولُكَ إِلَى نَعِيمِ الأَبَدِ فِي جِوَارِ اللهِ تَعَالَى . فَكُلُّ نَفَسٍ مِنْ أَنْفَاسِكَ جَوْهَرٌ لَاقِيمَةَ لَه ، إِذْ لَا بَدَلَ لَه ، فَإِذَا فَاتَ فَلَا عَوْدَةَ لَها (الامام الغزالی)
“Waktumu adalah umurmu. Umurmu adalah modalmu. Dengan modal itu kamu berdagang. Dan modal itu yang dikelola dengan baik akan mengantarkanmu ke masa depanmu dalam kenikmatan yang abadi di sisi Allah. Maka setiap embusan nafasmu adalah permata yang tak ternilai harganya dan tidak dapat ditukar dengan apapun. Jika ia telah terlewat ia tidak akan pernah kembali lagi. "
Sementara itu, membaca lagi buku "Fihi Ma Fihi", (Di dalamnya apa yang ada di dalam). Aku membuka halaman 90-91) :
الِانْسَانُ شَيْئٌ عَظِيم فيه مَكْتوب كُلُّ شَيْئٍ ولَكِنَّ الحُجُبَ والظُّلُماتِ لَا تَسْمَحُ لَه بِأَنْ يَقْرَأَ العِلْمَ المَوْجُودَ فِى دَاخِلِهِ. وَالحُجُبُ والظُّلُماتُ هِى هَذِه المَشَاغِلِ المُخْتَلِفَةُ وَالتَّدَابِيرُ الدُّنْيَوِيّةُ المُخْتَلِفَةُ والرَّغَبَاتُ المُخْتَلِفَةُ وَبِرَغْمِ اَنَّهُ غَارِقٌ فِى الظُّلُماتِ وَمَحْجُوبٌ بِالسَّتَائِرِ يَسْتَطِيعُ اَنْ يَقْرَأَشَيْئاً وَيَسْتَنْبِطُ مِنْه. تَأَمَّلْ عِنْدَمَا تَزَالُ هَذه الظُّلُمَاتُ والحُجُبُ اَيُّ طَرَازٍ مِنَ المُسْتَنْبَطِينَ سَيَكُونُ. وَاَيُّ عُلُومٍ سَيَكْتَشِفُ فِى دَاخِلِهِ.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang agung. Di dalam dirinya telah tertulis segala sesuatu. Tetapi tirai dan kegelapan hati tidak memperkenankannya untuk membaca pengetahuan apa yang ada di dalam dirinya. Tirai dan kegelapan itu adalah kesibukan-kesibukan yang bermacam-macam, kerja-kerja duniawiyah yang bermacam-macam dan hasrat-hasrat rendah yang juga bermacam-macam. Meskipun dia tenggelam dalam kegelapan dan terhalang tirai, tetapi potensinya mengetahui segala hal tetap eksis. Dia sesungguhnya dapat membaca sesuatu dan menggali pengetahuan darinya. Renungkanlah, ketika kegelapan dan tirai-tirai itu hilang, maka dia akan mengetahui segalanya dan apa yang di dalamnya bisa terungkap. (Rumi, Fihi Ma Fihi, hlm. 90-91).
Membaca pernyataan maulana Rumi ini, aku sejenak terusik. Dari manakah pengetahuan yang ada di dalam diri manusia itu?. Apakah atau siapakah ia ? Akal atau ruh atau? .
Rumi mungkin saja ingin mengatakan bahwa essensi manusia adalah akal atau ruh itu yang bersemayam di dalam tubuh. Dan ia sering terpenjara oleh tubuh.
Atau mungkin ingin mengatakan bahwa manusia tidak bisa mengatasi dan mengelola kehidupan dengan baik karena akal dan hatinya tertutup oleh hasrat-hasrat tubuh yang pragmatis, instan dan rendah.
Wallahu A'lam. Hanya Allah Yang Tahu.
30.05.2020
HM