Netizen Hina Risma Cuma Bisa Menangis Minta Maaf
Akun Facebook Zikria Dzatil yang menghina Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dilaporkan Pemkot Surabaya ke Polrestabes Surabaya pada 21 Januari 2020.
Akun Zikria mengunggah foto Risma dengan keterangan yang diduga berisi ujaran kebencian atau penghinaan.
Buntut dari perbuatannya tersebut, Zikria resmi ditetapkan tersangka oleh Polrestabes Surabaya.
Perempuan 43 tahun asal Perumahan Mutiara Bogor Raya, Katulampa, Bogor, Jawa Barat, Jumat 31 Januari 2020 itu, terancam pasal berlapis, yakni Pasal 45A ayat 2 juncto Pasal 28 UU ITE, terkait ujaran kebencian atau SARA dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara.
Kemudian Pasal 45 Ayat 3 UU ITE terkait pencemaran nama baik, dengan ancaman hukuman 4 tahun penjara, serta Pasal 310 KUHP.
Saat dirilis di hadapan awak media di Mapolrestabes Surabaya, Zikria terus menangis dan menyesali perbuatannya. Sesekali ia mengusap air matanya yang menetes ke masker yang menutupi wajahnya.
"Saya Zikria. Saya sangat menyesali atas apa yang saya lakukan. Karena pada dasarnya saya tidak pernah berniat untuk menghina Bunda Risma. Tapi hanya karena dunia mayalah yang membuat saya terpicu melakukan penghinaan satu sama lain," tuturnya pelan, Senin 3 Februari 2020.
Zikria yang mengenakan baju tahanan Polrestabes Surabaya itu mengaku tidak kenal dengan sosok Risma. Dia merasa terpancing melakukan itu karena situasi di dunia maya.
Namun, dia enggan menyebutkan dengan detail apa yang memicunya hingga nekat mengunggah penghinaan tersebut.
Zikria yang terus menundukkan kepalanya berulang kali menyampaikan permohonan maaf kepada Risma atas perbuatannya. Dia juga mengaku ingin bertemu Wali Kota Surabaya itu dan meminta maaf secara langsung.
"Saya tidak kenal dengan Bunda Risma. Saya mohon maaf Bunda Risma. Saya mohon maaf. Tolong maafkan saya atas perbuatan yang saya lakukan. Sekali lagi mohon maaf," ucapnya lagi.
Zikria juga menyampaikan sudah banyak merasakan dampak atas perbuatannya. Mulai dari bullying hingga teror yang ditujukan kepada anak-anaknya. Dia mengaku menyesal dan menjadikan hukuman ini sebagai pelajaran ke depannya.
"Saya berusaha menunjukkan diri, bahwa saya tidak seperti apa yang masyarakat Surabaya pikirkan. Saya cuma ibu rumah tangga biasa. Sampai saya ketakutan, anak-anak saya diteror, diancam, dan saya sendiri dibully. Ini cukup pelajaran bagi saya," ujarnya.
Ya, kasus ini bisa menjadi guru yang baik agar bijak bermain media sosial. Cek dan kroscek sebelum kita posting dan sharing ke media sosial.
Advertisement