Nenek Satu Cucu Kerja Jadi Sopir Truk Trailer
Sopir truk trailer pekerjaan yang tidak biasa bagi seorang wanita. Namun pekerjaan ini berawal dari kesukaan Imah Suswanti berkendara. Di usianya yang masih belia, ia sudah terbiasa mengendarai mobil bak terbuka atau pikap ketika mengantar keluarganya ke pasar.
“Awalnya disuruh bapak. Lama-lama kok tertarik. Dulu masih sopir kendaraan kecil milik pribadi, milik ayah. Memuat sayur ke pasar,” tuturnya.
Awalnya wanita tangguh ini berkenalan dengan truk pada waktu ia berusia 20 tahun melalui pamannya. Ia belajar mengemudikan dan merasa nyaman dengan kendaraan besar angkutan barang itu. Lalu mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM) supaya bisa mengendarai kendaraan besar tersebut.
Pada 1995, Imah melamar ke sebuah perusahaan yang ada di Kabupaten Pasuruan untuk menjadi sopir truk trailer.Sempat diragukan karena ia seorang wanita. Namun dengan SIM B2 Umum yang dimilikinya, Imah membuktikan bahwa wanita bisa mengendarai truk trailer layaknya seorang laki-laki.
“Kalau mau masuk pabrik, kadang ada yang tidak yakin. Pernah debat saya. Saya bilang, kalau saya tidak boleh, ini SIM saya. Ayo lihat cara saya bawa kendaraan,” tuturnya.
Kini, Imah bekerja untuk sebuah perusahaan di Malang. Ia mengambil barang dari sebuah pabrik untuk dibawa ke Pelabuhan Perak Surabaya menggunakan truk trailer nopol L 8621 US.
Imah sudah terbiasa dengan tugasnya antar jemput barang hingga Pelabuhan Perak Surabaya menggunakan truk trailer dengan 18 ban.
Ia terlebih dulu memastikan kondisi kendaraanya sebelum berkendara. Termasuk beban muatan yang dibawanya. Sebab, Imah mengaku jarang mengalami kendala di jalan.
Seperti saat hendak berangkat mengendarai truk trailer, Imah mengecek kondisi seluruh ban dan kendaraan. Setelah itu, ia mengecek kondisi petikemas yang dibawanya. “Ban saya harus atos (keras). Kekuatan segini harus isi sekian,” ujarnya.
Bagi Imah, berkendara di sepanjang jalan merupakan kenikmatan tersendiri. Itu lah alasan kenapa ia masih setia dengan pekerjaannya itu. “Senang aja di jalan. Di jalan pegang setir itu senang,” katanya.
Karena alasan itu juga, Imah tidak pernah mengeluh meski mendapat order mengantar barang ke luar provinsi. Seperti ke Bali, Semarang, atau Jakarta.
Tak jarang, Imah harus berkendara ke luar kota bahkan luar provinsi untuk mengantarkan barang yang menjadi tanggungjawabnya.
Wanita 44 tahun ini pun jarang pulang ke rumah. Jika barang yang diantarnya jauh, terkadang Imah baru pulang ke rumah seminggu kemudian.
Dari penghasilannya, Imah berhasil menyekolahkan kedua putra putrinya hingga perguruan tinggi. Anak pertama, Nita Khurnia sudah berkeluarga. Anak keduanya, Nikko Edy Raharjo yang masih kuliah.
Untuk pekerjaannya, Imah mendapatkan penghasilan berkisar antara Rp 3 juta sampai Rp 4 juta per bulan, tergantung intensitas mengantar barang.
Belum terlintas di benak Imah untuk pensiun dari pekerjaannya. “Tidak pernah terpikirkan. Saya masih kepengen di jalan,” ungkapnya.
Namun jika nanti harus berhenti menjadi sopir truk karena faktor usia, Imah berkeinginan untuk buka warung atau membuka usaha bengkel dan toko onderdil mobil.
Meski aktivitas Imah menyerupai laki-laki, sifat kewanitaannya tidak hilang. Imah selalu menyempatkan diri untuk berhias diri sesaat sebelum berangkat mengendara.
Imah juga terbiasa membawa tas jinjing layaknya wanita biasa. Hanya saja, penampilannya sebagai sebagai seorang wanita sedikit tomboy.
Layaknya seorang wanita, Imah melakukan pekerjaan rumah dari belanja, masak, cuci pakaian hingga membersihkan rumahnya yang ada di Desa Watugede nomor 85 RT 2 RW 2 Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Imah memasak untuk sarapan keluarganya. Setelah semuanya selesai, Imah lantas memandikan cucu pertamanya, Gavin Raffasya Saputra yang masih berusia 4 bulan.
Keseharian Imah banyak dihabiskan di jalan. Tak heran jika wanita kelahiran 17 April 1974 itu begitu menikmati saat-saat bersama keluarga.
Nita Khurnia, anak pertama Imah hanya bisa mendoakan supaya ibunya selamat di jalan.
“Mama masih nyaman sih. Pokoknya mendukung apa kemauannya mama itu. Semoga selamat di jalan. Hati-hati. Terus semangat pokoknya dan jangan kecapekan. Jaga diri juga,” pungkasnya. (*)