Nelayan Pantura Lamongan Gantung Jaring, Ini Alasannya
Ratusan nelayan di pantai utara (Pantura) Lamongan sejak seminggu terakhir tidak melaut. Sepinya hasil tangkapan menjadikan mereka memilih 'menggantung' jaring.
Di sepanjang pantura di wilayah Kecamatan Brondong -Paciran khususnya di beberapa pelabuhan dan tempat pelelangan ikan (TPI) terlihat deretan perahu kecil dan besar bersandar. Tak ada kesibukan para nelayan melaut.
"Lebih dari separuh nelayan tidak melaut. Saat ini sedang musim angin timur sehingga hasil tangkapan sepi, " kata Kusnan, seorang nelayan asal Desa Kranji, Kecamatan Paciran, pada ngopi bareng.id, Selasa 16 Oktober 2018.
Menurutnya, sepi-ramainya hasil tangkapan seakan telah menjadi siklus alam. Seperti saat terjadinya angin timur hasil tangkapan sangat sepi.
"Saat ini jika ada nelayan yang melaut jarak tempuhnya juga tidak terlalu jauh untuk menyiasati tingginya kebutuhan solar. Rata-rata yang melaut hanya kapal kecil dengan hasil tangkapan cumi dan udang. Namun hasil tangkapan juga relatif sedikit."
"Kalau dipaksakan melaut justru akan merugi. Melaut juga membutuhkan biaya besar untuk beli Bahan bakar dan kebutuhan makan selama melaut, " ujar Rojik, nelayan lainnya asal Desa Lohgung, Kecamatan Brondong.
Untuk perahu kecil sekali melaut membutuhkan bahan bakar solar sedikitnya 20 liter. Sedang perahu besar kebutuhan solar 60 liter.
Saat ini jika ada nelayan yang melaut jarak tempuhnya juga tidak terlalu jauh untuk menyiasati tingginya kebutuhan solar. Rata-rata yang melaut hanya kapal kecil dengan hasil tangkapan cumi dan udang. Namun hasil tangkapan juga relatif sedikit.
Untuk mengisi waktu selama tidak melaut para nelayan melakukan kesibukan memperbaiki jaring atau mempermak perahu yang rusak. Sebagian nelayan bahkan banting setir mencari pekerjaan lain. Sebagai buruh bangunan atau tukang becak, misalnya. Sekedar agar asap dapur tetap mengepul sembari menunggu cuaca membaik untuk kembali melaut. (tok)