Negara Mayoritas Muslim Tajikistan Larang Hijab, Ini Penjelasannya
Parlemen Tajikistan meloloskan aturan melarang hijab dan baju lain yang diidentifikasi sebagai budaya asing. Aturan yang disepakati pada Kamis, 20 Juni 2024 juga dikeluarkan untuk mencegah takhayul dan ekstremisme.
Dilansir dari Euronews, penduduk negara mayoritas Islam itu juga didorong menggunakan baju tradisional Tajikistan.
Pelanggaran atas aturan ini akan dikenai denda yang besarannya berbeda -beda. Denda akan semakin besar bila yang melanggar adalah tokoh masyarakat atau tokoh agama.
Keputusan ini disebut mengejutkan mengingat negara di Asia Tengah dengan jumlah penduduk mencapai 10 juta orang itu, memiliki populasi Muslim sangat besar. Mencapai 96 persen dari keseluruhan penduduk di Tajikistan, berdasarkan sensus terakhir di tahun 2020.
Peraturan ini juga mencerminkan ideologi politik sekular yang dibawa oleh pemerintan yang dipimpin presiden seumur hidup Emamoli Rahmon.
Ia mengupayakan pemerintahan yang sekuler sejak tahun 1997. Sedangkan Emamoli menjadi presiden sejak tahun 1994.
Pernyataan pemerintah di tahun 2017, sebanyak 1.938 masjid ditutup selama satu tahun dan diubah fungsinya menjadi kedai teh dan klinik medis.
Presiden Emamoli sendiri menegaskan ingin mewujudkan pemerintahan yang "Berdaulat, demokratis, berdasarka hukum, dan sekuler".
Dalam konstitusi bertahun 2016, pada kalimat pembukanya, Emamoli meminta agar rakyatnya "Mencintai Tuhan dengan hati,".
Advertisement