Negara Islam? Gus Baha: Itu Psikologi Mayoritas
KH Bahauddin Nursalim alias Gus Baha', dalam dakwah-dakwahnya selalu mengejutkan. Pernyataannya pun menggugah kesadaran umat Islam dalam menjalankan ibadahnya.
Kali ini, Gus Baha' -- panggilan akrab, Pengasuh Pesantren Al-Quran, Narukan, Rembang -- bicara soal psikologi mayoritas umat Islam. Ketika memilih seorang pemimpin sebenarnya, bukan semata-mata untuk kepentingan Islam.
Berikut petikan ceramah Gus Baha':
Islam itu bisa hidup di mana sejarah di muka bumi ini. Bahkan andaikan kita hidup di Hollywood, di Hong Kong, bahkan di Soviet (Rusia), di daerah yang tidak beragama, Islam tetap bersemayam di hati umatnya.
Maka dulu pernah ada perdebatan antara Nurcholish Madjid dengan Muhammad Roem bahwa “ingin mendirikan negara Islam”. Itu satu kebutuhan Islam sebagai ideologi, atau sebagai psikologi mayoritas? Ini perdebatan intelektual. Ternyata apa yang terjadi? Hanya psikologi sebagai mayoritas.
Saya tanya, Anda sekarang ingin punya bupati Islam, itu (karena) Anda orang Bojonegoro, Tuban, yang mayoritas Islam. Iya, tidak? Itu psikologi mayoritas, bukan kebutuhan Islam sebagai agama.
Coba kalau Anda hidup di NTT atau Papua, yang mayoritas Kristen? Butuhnya pasti begini: Bupati yang tidak mengusir Islam. Jadi bukannya Islam, tapi yang tidak mengusir Islam. Karena kandidat empat kok Kristen semua. Kira-kira jawabannya bagaimana? Kriteria bupati bagaimana? Ya yang tidak mengusir Islam.
Seumpama kalian hidup di Amerika Serikat, ditanya, "Syarat menjadi presiden apa?" "Ya yang tidak mengusir Islam, kan? Tapi kalau kalian di Indonesia, syarat presiden harus Islam. Berarti ingin bikin negara Islam, bupati Islam, gubernur Islam itu bawaan psikologi mayoritas, perasaan kita sebagai mayoritas, bukan bawaan Islam sebagai akidah. Karena Islam sebagai akidah – sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Saw– buniyal islam ‘alaa khamsin. Itu di situ tidak ada: wa ‘alaa iqaamatid daulah atau wa ‘ala sum-i daulah. Apalagi wa ‘ala sum-i partai politik, malah tak ada haditsnya.
Soal sekarang ada kampanye pentingnya partai Islam, negara Islam, itu bawaan psikologi mayoritas. Karena orang yang kampanye itu, seumpama hidup di NTT, bilangnya tidak begitu. Coba, orang-orang yang kampanye begitu ditempatkan di NTT atau Papua. Apa masih ada syarat bupati harus Islam nantinya?
Bagaimana jawabannya? Yang tidak mengusir orang Islam sudah baik.
Kadang cara berpikir kita, menuruti adat saja. Ikut sana-sini. Padahal setelah dipikir-pikir, kebutuhan akan pemimpin Islam, negara Islam, dlsb itu bawaan psikologi mayoritas, bukan bawaan ideologi Islam. Kalau Islam sendiri bisa berdiri, bisa tegak, lewat individu-individu yang menjalankan Rukun Islam. Ini yang disebut (Nabi) buniyal islam 'alaa khamsin.
Demikian penjelasan KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha').