Negara Berkedaulatan Pangan Menuju Kemandirian, Ini Langkahnya
Ketua Korwil Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Jawa Timur Durrul Izza Al-Fatawi mengatakan, negara menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur bisa ditempuh dengan sejumlah jalan. Menuju "negeri yang subur dan makmur, adil dan aman". Di antaranya, harus ada yang memulai. Seperti, merintis ilmu pesantren pertanian, yang perlu disiapkan untukĀ ada pelatihan enterprenunership.
"Hal-hal ini menjadi penting, denganĀ mendidik pemuda agar tertarik pada pertanian. Sekarang ini yang menjadi problem adalah masalah lahan," tutur Perintis Pondok Pesantren Pertanian Al-Fatawi.
Ia mengingatkan pentingnya, jadanya daulat benih. Pemuda tani harus daulat benih-benih lokal, hasil riset dari UB, dll. Benih lokal.
"Daulat teknologi, kita harus paham soal teknologi," kata Durrul Izza Al-Fatawi.
"Daulat lahan hari ini, problemnya adalah ketersediaan lahan. Banyak kader, sekarang ini membutuhkan lahan setelah semangat menggeluti pertanian mulai bangkit," tutur Durrul Izza Al-Fatawi.
Ia mengungkapkan hal itu, dalam seminar "Kemajuan Pembangunan dan Tantangannya" di Hotel Alana Surabaya, Kamis 21 Februari 2019.
Pada bagian lain, Durrul Izza al-Fatawi mengatatakan, produktivitas dan nilai tukar petani (NTP) serta nilai tukar usaha petani (NUTP) menjadi penting diperhatikan.
"Pertanian hari ini jadi pertanyaan besar: apakah masih seksi? Paradigma perlu diubah, pertanian hari ini adalah usaha tani yang bisa dihitung. Kini pertanian menjadi sektor yang seksi. Contoh, rata-rata dari 10 orang besar Indonesia 8 bisnis pertanian," tuturnya.
Kelapa sawit, dan lain-lain, menurutnya, merupakan sektor menarik. Sementara itu, problem pertanian kita adalah semangat yang mengenal lelah, bahwa dunia pertanian adalah masa depan yang menjanjikan.
"Menjadi semangat bagi kawan-kawan untuk membangun sektor pertanian," tuturnya.
Sejumlah langkah yang harus menjadi orientasi utama.
Pertama, Ketahanan pangan. Jangan harap bila Indonesia tahan bila pangan tidak tahan. Ketahan pangan harus stabil.
Kedua, Kemandirian: sektor infrastruktur.
Ketiga, Kedaulatan pangan. Daulat benih, teknologi, produksi, pasar dan daulat lahan.
"Daulat lahan hari ini, problemnya adalah ketersediaan lahan. Banyak kader, sekarang ini membutuhkan lahan setelah semangat menggeluti pertanian mulai bangkit," tuturnya.
Ia mengingatkan, keamanan negara tergantung keamanan pangan. "Santri tani harus didorong untuk menyadari pentingnya sektor pertanian. Bila sekarang ada PS harus menjadi orientasi lebih dari para santri," kata Durrul Izza Al-Fatawi.
Dalam forum tersebut, menghadirkan sejumlah pembicara, Prof Dr Ahmad erani Yustika, staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Dr Mohammad Anas, M Phil, dosen FISIP Universitas Brawijaya. Dalam panel diskusi, KH Abdul Hamid Wachid MSi, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, Diah Agus Muslim, Sekretaris MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur, HM Kusnan SE, Ketua Koperasi Peternakan Sapi Perah Setia Kawan Nongkojajar Pasuruan.
Acara digelar Spektra Surabaya, Durrul Izza Al-Fatawi, khusus bicara soal pertanian. Diskusi dimoderatori Khodafi Msi, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, difasilitasi KH Roni Sya'roni, direktur Spektra dan kehadiran Ustaz Muhammad Taufik Mukti. (adi)
Advertisement