NEGARA, BANGSA DAN PIALA DUNIA
Peserta Piala Dunia ini negara atau bangsa atau apa? Yang jelas, mereka semua anggota FIFA. Sejauh ini jumlah anggota FIFA adalah 211. Sementara itu, jumlah anggota PBB adalah 193. Mengapa ada perbedaan?
NEGARA, BANGSA DAN PIALA DUNIA
Oleh: Andi A. Mallarangeng
Setiap kali menonton pertandingan sepakbola Piala Dunia yang berlangsung sekarang ini di Rusia hati ini bergetar. Bergetar dan haru melihat lagu kebangsaan negara-negara peserta dinyanyikan oleh para pemain serta pendukung masing-masing tim dengan bangga.
Bahkan kali ini bendera masing-masing negara peserta ukurannya jauh lebih besar daripada biasanya. Kalah menang urusan lain, tapi menjadi peserta dalam kompetisi Piala Dunia, ditonton oleh orang sejagat, adalah suatu pencapaian dan kebanggaan yang luar biasa. Bayangkan kalau PSSI ikut bermain di Piala Dunia dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan serta Bendera Merah Putih dibentangkan di lapangan hijau.
Nasionalisme dan Piala Dunia tampaknya tidak terpisahkan. Pada saat-saat seperti ini kita bisa melihat bagaimana sepakbola menegaskan rasa kebangsaan yang terlihat pada dukungan dan emosi yang mencolok dari bangsa-bangsa yang terwakili pada piala dunia, baik yang mendukung di stadion maupun di kampung halaman mereka masing-masing. Warna-warni jersey, yel-yel yang khas, bendera-bendera yang dikibarkan, luapan kegembiraan ataupun air mata, bercampur menjalin rasa kebangsaan itu.
Tapi tunggu dulu, peserta Piala Dunia ini negara atau bangsa atau apa? Yang jelas, mereka semua anggota FIFA. Sejauh ini jumlah anggota FIFA adalah 211. Sementara itu, jumlah anggota PBB adalah 193. Mengapa ada perbedaan?
Memang, anggota PBB secara prinsip hanyalah negara-negara yang berdaulat penuh (sovereign). Walaupun pada awalnya ada 5 (lima) anggota PBB yang belum berdaulat penuh ketika mereka bergabung dengan PBB, seperti Belarus, Ukraina, India, Philipina dan Selandia Baru, tetapi kemudian semuanya akhirnya menjadi negara berdaulat penuh.
Dalam hal ini, negara adalah sebuah entitas yang mempunyai kekuasaan politik (berdaulat) secara penuh terhadap suatu wilayah.
Negara yang belum dianggap berdaulat secara penuh bisa saja menjadi peninjau pada PBB seperti Palestina. Sementara bangsa adalah suatu kelompok yang mempunyai kesamaan secara etnis, bahasa ataupun budaya.
Dalam pada itu, anggota FIFA adalah national associations yaitu organisasi sepakbola yang menjadi organisasi payung olah raga sepakbola di suatu wilayah. Wilayah itu bisa merupakan negara berdaulat, namun bisa pula wilayah yang tak berdaulat namun memiliki pemerintahan sendiri dan dapat dikategorikan sebagai bangsa tersendiri.Itulah sebabnya Hongkong dan Macau yang berada dalam kedaulatan negara RRT tetapi mempunyai national associations sendiri, serta menjadi anggota FIFA. Begitu juga Puerto Rico dan Guam yang berada di bawah protektorat Amerika Serikat adalah juga anggota FIFA.
Sementara itu, keempat bangsa yang bergabung dalam Kerajaan Britania Raya (Great Britain) yaitu Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara masing-masing menjadi anggota FIFA secara sendiri-sendiri. Karena itu, jangan salah paham, kesebelasan Inggris yang berlaga di Piala Dunia bukanlah perwakilan seluruh “Negara Inggris” yang kita kenal, melainkan merupakan perwakilan “Bangsa Inggris” yang wilayahnya disebut England.
Lihat saja benderanya yang terbentang di Piala Dunia, putih dengan garis palang merah, berbeda dengan bendera Britania Raya yang sering disebut the Union Jack. Negara yang kita kenal sebagai “Inggris,” yang menjadi anggota PBB, sebenarnya adalah Kerajaan Britania Raya yang meliputi keempat bangsa tersebut.
Pengertian FIFA tentang wilayah, bangsa, dan negara memang lebih longgar dibandingkan dengan PBB. Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) adalah organisasi negara-negara yang didasarkan pada kedaulatan penuh, sementara FIFA adalah organisasi yang lahir dari kebutuhan pengorganisasian olahraga sepakbola sedunia, supaya olah raga sepakbola bisa tertib dan teratur tetapi sekaligus menghibur dan dapat dinikmati oleh seluruh warga dunia di mana pun mereka berada.
Itu pula sebabnya, walaupun FIFA membagi wilayah dunia sepakbola menjadi 6 (enam) konfederasi yaitu Asia (AFC), Afrika (CAF), Amerika Utara, Tengah dan Karibia (CONCACAF), Amerika Selatan (CONMEBOL), Oceania (OFC), serta Eropa (UEFA), tetapi batas-batasnya tidak terlalu tegas dan tidak sama pula dengan perwilayahan di PBB. Turki misalnya, sebagian wilayahnya masuk Asia sebagian masuk Eropa, tetapi Turki memilih berlaga di UEFA.
Israel secara wilayah termasuk Asia, tetapi karena masalah politik Timur Tengah yang tidak memungkinkan, maka mereka jadinya bertanding di UEFA. Australia adalah bagian dari negara-negara Oceania namun ingin mengikuti kompetisi yang lebih kuat serta peluang ke piala dunia yang lebih besar maka mereka bermohon dan diterima menjadi anggota AFC. Namun dari 32 peserta piala dunia 2018 di Russia hanya 1 (satu) peserta yang bukan dari negara berdaulat penuh yaitu Kesebelasan Inggris.
Dengan latar belakang seperti itu, tidak heran bila ajang Piala Dunia pun dimanfaatkan untuk memperkenalkan simbol-simbol kebangsaan masing-masing untuk ditunjukkan pada dunia.
Tengok misalnya apa yang dilakukan oleh Xherdan Shaqiri dan Granit Xhaka, pemain tim nasional Swiss yang merupakan keturunan
Albania dan Kosovo, mantan wilayah Yugoslavia yang tidak diakui kemerdekaannya oleh Serbia, setelah mencetak gol keduanya kemudian berlari sambil memperlihatkan simbol elang berkepala dua khas Albania.
Begitu juga, beberapa pemain sepakbola keturunan imigran Afrika yang banyak bermain di timnas negara–negara Eropa berusaha memperlihatkan warisan negara leluhurnya dengan menempelkan dua bendera di belakang sepatunya.
Besarnya wilayah (Rusia, Kanada, Amerika Serikat, dan RRT) ataupun jumlah penduduk (RRT, India, Amerika Serikat, dan Indonesia) tampaknya tidak terlalu penting untuk menentukan bisa berlaga di Piala Dunia atau tidak. Islandia dengan penduduk kurang dari 350.000 jiwa dan Uruguay negara kedua terkecil di Amerika Selatan dengan penduduk kurang dari 3,5 juta jiwa, berhasil mengumandangkan lagu kebangsaan negara mereka dan membentangkan bendera negara mereka di lapangan hijau Piala Dunia, dan ditonton orang sejagat.
Uniknya, kebanggaan terhadap simbol-simbol kebangsaan negara-negara yang berlaga di Piala Dunia, ternyata tidak bisa dibatasi oleh batas-batas negara ataupun garis-garis kebangsaan. Di Dhaka, ibukota Bangladesh, yang tidak ikut piala dunia dan ranking 209 FIFA, bendera-bendera Brazil dan Argentina dan juga beberapa bendera Jerman berkibar di hampir seluruh penjuru kota selama Piala Dunia ini. Jauh lebih banyak daripada bendera Bangladesh sendiri. Sampai-sampai, beberapa politisi Bangladesh merasa terganggu dan meminta agar bendera-bendera itu diturunkan.
Kaos-kaos peserta Piala Dunia pun digunakan sambil nonton bareng di hampir seluruh pelosok dunia. Rasanya yang seperti ini terjadi pula di negeri kita. Sebagai pendukung Timnas Merah Putih, Garuda di Dadaku, tentu saja kita berharap suatu ketika Timnas PSSI akan berlaga di Piala Dunia, walaupun entah kapan.
Untuk yang satu ini, lebih cepat lebih baik. Brasil telah menjadi juara Piala Dunia sebanyak 5 (lima) kali, Italia 4 (empat) kali, Jerman 4 (empat) kali, Uruguay 2 (dua) kali, Argentina 2 kali, Inggris 1 (satu) kali, Prancis 1 (satu) kali, Spanyol 1 (satu)
kali.
Indonesia…? Insyaallah…lain kali. ***
Advertisement