National Hospital Fasilitasi Terapi Stem Cell dari Anak Domba
Terapi stem cell sedang menjadi topik hangat dalam dunia kesehatan. Guna mengedukasi masyarakat National Hospital (NH) Surabaya menjalin kerja sama dengan seorang ahli stem cell asal Jerman, dr Daniel Lim.
Menariknya, teknologi asal Jerman yang dipaparkan, stem cell diambil dari anak domba bukan dari tubuh manusia itu sendiri.
Tim representasi stem cell Singapura untuk Indonesia, Andi Solaeman menjelaskan, cell dalam tubuh manusia akan menurun seiring bertambahnya usia. Jika masih berusia anak-anak dulu, jumlah stem cell sangat banyak sehingga saat terluka luka akan cepat sembuh.
"Setelah besar itu akan turun signifikan, usia 50, 60, sampai 80 tahun jadi kalau luka lama sembuhnya sedikit lama. Teknologi ini (stem cell) untuk meremajakan cell itu kembali," paparnya kepada awak media.
Ia menjelaskan, pemilihan stem cell anak domba yang disuntikan ke manusia sudah melewati penelitian sejak puluhan tahun lalu. Anak domba dipilih karena lebih mudah untuk dikontrol dan kebersihannya dijaga.
"Di Jerman ada peternakan yang khusus untuk menghasilkan itu," terangnya.
Selain itu, stem cell dari anak domba akan menghindarkan risiko penyakit yang dimiliki oleh pendonor, apabila diambil dari manusia.
"Kalau diambil dari orang, kasihan orangnya. Belum lagi kalau pendonornya pernah pakai narkoba atau bagaimana," ujar Andi.
Ia menegaskan bahwa terapi stem cell sebenarnya bukan medical treatment tetapi alternatif untuk pengobatan. Disuntikan stem cell baru dengan harapan cell yang lama diremajakan lagi.
"Tidak ada waktu tertentu untuk melakukan stem cell, bisa kapan saja," imbuhnya.
Untuk sementara ini, layanan sistem terapi stem cell seperti dijelaskan tersebut belum ada di Indonesia. Tetapi NH lewat medical tourism bisa memfasilitasi apabila masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya ingin menikmati layanan ini.
"Biayanya 20 ribu dollar Amerika Serikat, atau sekitar 300 juta rupiah untuk lima hari melalukan terapi," tandasnya.