Natal dengan Keberagaman di Roemah Bhinneka Surabaya
Perayaan Natal di Roemah Bhinneka tahun ini, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebab perayaan Natal kali ini melibatkan pemuda-pemudi lintas agama sebagai panitia pelaksananya.
Perayaan natal yang dihelat di Dapoer Mawar, Jalan Mawar No. 54, Kecamatan Tegalsari, Kota Surabaya pada 22 Desember 2021 yang bertepatan dengan 'Hari Perjuangan Perempuan Indonesia' tersebut mengusung semangat warna-warni keberagaman Indonesia dalam kebersamaan. Berbagai tokoh lintas generasi, organisasi, hingga keagamaan turut hadir mewarnai perayaan kebersamaan tersebut.
“Ini merupakan murni perayaan akan keberagaman. Kami sengaja meminimalkan simbol-simbol atau atribut-atribut agama. Hanya sebuah salib dari kayu saja yang muncul dalam acara ini sebab fokus kami adalah pada kebahagiaan kebersamaan Indonesia ini," ucap Listia Masruroh sebagai Ketua Panitia dan Pelaksana acara.
Sebagai refleksi keberagamaan, Aan Anshori dari Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) turut hadir dan memberikan pandangannya terkait hidup berdampingan dalam keberagaman.
Baginya, ini adalah kali pertama pemuda-pemudi lintas agama, secara khusus ketua pelaksananya adalah seorang pemudi Muslimah yang menjadi panitia Natal untuk umat Kristiani. "Hal-hal seperti ini harus didukung dan diteruskan pada acara-acara perayaan keagamaan yang lain," katanya.
Tak hanya Roemah Bhinneka dan Aan Anshori saja, berbagai kalangan dan komunitas juga hadir mewarnai serta membagikan pandangannya, di antaranya adalah: Solitaris (Komunitas Disabilitas), Gusdurian Surabaya, Jogoboyo Millenial, Voice Of Youth, Young Buddhist Association, GEMA INTI, PMKRI, GMKI, serta pemuda-pemudi lintas agama dan kepercayaan lainnya.
Iryanto Susilo selaku founder dari Roemah Bhinneka mengatakan bahwa memang perayaan tidak melulu harus di dalam gereja dengan segala liturgi atau ritual keagamaan Kristiani saja.
Justru perayaan Natal dapat menjadi wadah untuk memikirkan dan berbuat sesuatu bagi Indonesia tanpa melihat suku, agama, ras, dan latar belakang seseorang. "Oleh karenanya memang harus semakin meng-Indonesia.," katanya.
Pernyataan Iryanto juga dipertegas oleh Pendeta Andri Purnawan yang mengatakan bahwa, Perayaan Natal kali ini memang natal yang 'subversif' yang mana perayaannya tidak di gereja, ketua pelaksananya bukan seorang Kristiani melainkan seorang Muslimah, yang diundang juga lintas agama, komunitas, bahkan lintas gender. "Bagi saya, ini mirip dengan natal 2.000 tahun yang lalu ketika Yesus Kristus tidak memandang siapa pun yang hendak mengunjungi-Nya," katanya.
Pada akhir acara perayaan Natal tersebut juga terdapat deklarasi komunitas 'Roemah Bhinneka Moeda'. Semangat juang yang diusung adalah merebut ruang serta untuk membentuk wacana inklusi sosial. Komunitas ini terdiri dari pemuda-pemudi dari berbagai latar belakang suku dan agama.
Siapa pun bebas untuk bergabung menjadi bagian dari Roemh Bhinneka Moeda. Setidaknya begitulah yang disampaikan oleh Yuska Harimurti dari Roemah Bhinneka. Komunitas ini terdiri dari pemuda-pemudi lintas agama yang dikoordinatori oleh Listya dan Izza yang sama-sama perempuan dan Muslimah.
Menanggapi hal itu, Michael Andrew dan Alma Erina selaku Aktivis Roemah Bhinneka memiliki harapan besar pada mada depan Bangsa Indonesia. "Komunitas ini juga membuktikan bahwa generasi milenial (muda) tidak semuanya apatis atau skeptis terhadap keberagaman, justru harapannya mereka menjadi promotor gerakan inklusif di lingkungan mereka masing-masing juga," ujarnya.