Nasir Tamara: HAMKA Membangun Keislaman dan Keindonesiaan
Nasir Tamara memandang Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) sebagai sosok multi wajah. Mulai dari seorang penulis, sejarawan, sastrawan, orator, tokoh Muhammadiyah, tokoh dunia, ulama, tokoh sufi, mufassir, bahkan juga sebagai wartawan.
Hamka, kata Nasir, juga berjasa besar dalam membangun narasi untuk menuju kemerdekaan dan anti penjajahan. “Hamka adalah pejuang anticolonial,” katanya, dalam diskusi di Yogyakarta, dikutip ngopibareng.id, Ahad (7/1/2018).
Sosok Hamka disejajarkan dengan Soekarno dan Mohammad Hatta. Menurut Nasir, Buya Hamka merupakan penulis yang bisa menggerakkan dan meninggalkan banyak sumbangsih besar bagi Indonesia. “Hamka menulis untuk mempengaruhi banyak orang,” ulas Nasir Tamara.
Di mata Nasir, yang penulis buku Revolusi Iran (1979), Hamka juga berjasa besar menyumbangkan kosa-kata bagi bahasa Indonesia. Tulisan-tulisan Hamka menyumbangkan banyak pembendaharaan kata dalam Bahasa Indonesia, yang kemudian dibakukan oleh Balai Pustaka. Pada abad kedua puluh, Balai Pustaka menerjemahkan banyak karya penulis Barat dan cerita-cerita rakyat, termasuk karya-karya Hamka dari Sumatera Barat.
Tanah Minang sendiri, ujar Nasir, saat itu melahirkan banyak penulis dan pemikir besar, mulai dari Mohammad Hatta hingga Sultan Takdir Alisyahbana. “Hamka membuat narasi, Indonesia bisa menjadi pusat peradaban dunia,” katanya.
Nasir pun menyatakan, Hamka merupakan sosok tercerahkan yang mengusung Islam dalam bingkai Indonesia dan Indonesia dalam bingkai Islam. Muslim Indonesia yang diajarkan Hamka adalah muslim khas, yang tercerahkan. “Islam sebagai sebuah agama yang mencerahkan,” katanya. (adi)
Advertisement