Nasihati Keluarga Kerajaan, Ini Penyebab Syaikh Safar Al-Hawali Ditangkap Polisi Saudi
“Karena pemerintah Saudi mendengar kalimat yang sebenarnya tak ingin didengar,” tulis akun ‘@M3takl’ di Twitter.
Syeikh Safar al-Hawali (68), seorang ulama dan tokoh terkemuka dalam gerakan reformis Sahwa Islam Saudi, dilaporkan telah ditahan aparat, bersama tiga orang anaknya.
Sejumlah aktivis Arab Saudi membenarkan penangkapan terhadap Syaikh Safar Al-Hawali dan tiga orang anaknya itu. Demikian dikutip ngopibareng.id dari Middle East Eye (MEE), Jumat 13 Juli 2018.
Penangkapan terkait dengan buku yang ia tulis, di mana terdapat nasihat untuk keluarga Kerajaan dan Dewan Ulama Senior Saudi. Sumber bahkan menyebut Syaikh Al-Hawali dalam kondisi kesehatan yang buruk.
Akun ‘@M3takl’ di Twitter menyebutkan, Syaikh Al-Hawali ditangkap bersama putranya bernama Ibrahim setelah polisi menggeledah rumahnya. Penangkapan disertai intimidasi kepada anak-anak, penyitaan ponsel dan perangkat elektronik lainnya.
Akun menambahkan, pemerintah Saudi juga menangkap Abdulrahman dan Abdullah. Keduanya juga putra dari Syaikh Al-Hawali. Penangkapan pada sore waktu setempat itu didahului dengan penggeledahan pernikahan salah seorang sepupu mereka di Al-Bahah.
Lebih lanjut, akun tersebut juga menjelaskan soal kondisi buruk Syaikh Al-Hawali (68 tahun). Penangkapan brutal itu “karena pemerintah Saudi mendengar kalimat yang sebenarnya tak ingin didengar,” imbuhnya.
"Ia pernah di penjara pada tahun 1990an, namun bebas setelah bungkam dari kritiknya."
Beberapa hari sebelumnya, Syaikh menulis sebuah buku dengan 300an halaman. Buku itu diberi judul “Al-Muslimun wa Al-Hadharah Al-Gharbiyah” (Kaum Muslim dan Peradaban Barat).
Buku itu masih dalam bentuk draf awal yang belum dicetak. Syaikh, dalam buku itu, mengkritik Pemerintah Saudi yang menggelontorkan dana besar saat kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Riyadh pertengahan tahun lalu.
Buku tersebut juga berisis nasihat bagi para dai, ulama dan keluarga Kerajaan. “Kebijakan yang bijaksana harus berdiri pada kekuatan yang terus meningkat yang punya masa depan. Bukan kekuatan yang terus menurun. Setiap pengamat di dunia menyebut bahwa masa depan di tangan Islam, sementara Amerika terus mengalami penurunan dan keterbelakangan,” kata Syaikh Al-Hawali dalam bukunya.
Al-Hawali menjadi terkenal sebagai pemimpin gerakan Sahwa 25 tahun lalu. Kelompok ini merupakan faksi salafisme Saudi, yang menaruh kegelisahan akan masuknya demokrasi ke Saudi. Selain juga mengkritik keluarga kerajaan yang korup, liberalisasi sosial dan jalinan kerja sama dengan Barat.
Ia pernah di penjara pada tahun 1990an, namun bebas setelah bungkam dari kritiknya. Setelah invasi AS ke Irak tahun 2003, Al-Hawali mendukung gerakan anti-AS, tapi juga mengecam gerilyawan Islam terhadap orang Barat di Saudi.
Gerakan Sahwa dilemahkan oleh campuran represi dan kooptasi, tetapi tetap aktif. (adi)