Nasib Kuli Angkat Tanah Abang, Covid Reda, Tergencet Toko Online
Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat yang menyandang predikat pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara, selama ini menjadi 'surga' bagi kuli angkat barang. Mereka bisa bekerja sepanjang hari sejak pertokoan buka hingga tutup kembali.
Dari jerih payah menjual jasa sebagai kuli angkat, mereka bisa menghidupi anak istri yang menjadi tanggung jawabnya.
Pasar tertua di Jakarta ini terdapat sekitar 350 kuli angkat. Dan untuk menjadi kuli angkat, syaratnya cukup sederhana, yaitu badan sehat otot kuat. Soal ijazah, tidak penting, minimal bisa membaca.
"Kuli angkat barang di Pasar Tanah Abang seperti saya, tidak perlu ijazah, SD pun ada yang tidak lulus," kata salah seorang kuli yang biasa dipanggil Dodok.
Lelaki asal Tegal Jawa Tengah berusia 54 tahun sebagai kuli yang dijalani selama 20 tahun, merupakan konsekuensi pendidikannya yang rendah.
"Semua ini akibat kesalahan saya tidak mau sekolah yang bener, sering mbolos uang sekolah habis untuk njajan," ujar Dodok mengenang masa lalunya.
Bapak tiga anak itu kemudian membandingkan dengan orang orang yang bekerja di kantoran, . Mereka bekerja dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh waktu di sekolah. Kerjanya ringan di ruang ber AC, tidak sampai bermandikan keringat.
"Sedang saya harus bekerja dengan otot dan okol, panas kepanasan, hujan ke hujanan," cerita dia sambil menikmati kopi panas di warung punggir Jalan Wahid Hasyim, Tanah Abang Jakarta Pusat.
Ia baru saja mengantar beberapa bal pakaian jadi ke sebuah mobil sejauh 500 meter dari pertokoan bLok B Tanah Abang. Kaus bekas peraga kampanye salah seorang Caleg DPR RI, yang melekat di tubuhnya yang kekar, basah oleh keringat,
Ketika ditanya penghasilan yang diperoleh dari memeras keringat menjadi kuli angkat, Dodok langsung diam. "Sekarang sepi, tidak seperti dulu. Kalah dengan penjualan online," kata Dodok lirih, seakan memendam rasa kecewa.
"Dulu setiap hari saya bisa membawa pulang Rp100 sampai Rp150.000. Sekarang untuk mendapat Rp75.000 susah," kata Dodok blak blakan. Jumalah itu sudah bersih setelah dikurangi untuk makan di Warteg. Karena sudah langganan kalau sepi boleh ngutang," katanya.
Menurut beberapa kuli angkat barang yang lain, sekarang perdagangan di Pusat Grosir Tanah Abang sudah mulau pulih setelah dua tahun lebih terpuruk akibat pandemi Covid-19.
'Tapi sekarang muncul ancaman baru, yakni maraknya penjualan online. Pembeli cukup memasan lewat HP dari rumah, barang langsung dikirim tanpa jasa kuli angkut," tutur Wanto.
Sama dengan temannya, Wanto pun mengeluh dengan hasil yang diperoleh."Haduh, kalo masalah pendapatan mah ga pasti ga nentu, pokonya ga pasti ajah, enggak sampe 50, paling kalo lagi rame (bisa) yaa," kata pria asal Bekasi tersebut.
Wanto mengaku pendapatannya itu kian menurun akibat munculnya toko online. Menurutnya para pembeli lebih memilih untuk membeli baju di toko online ketimbang membelinya langsung seperti ke Pasar Tanah Abang ini.
"Kalo sekarang mah susah, kebanyakan yang online belanjanya kan, ada sih ada yang beli langsung cuman ga kaya dulu ya begini-begini aja lah," ujarnya dengan memendam kecewa.