Nasib F-1 di Ujung Tanduk
Balapan Formula-1 tahun 2020 berada di ujung tanduk, menyusul pembatalan Grand Prix Australia imbas wabah virus corona.
Sebelum balapan seri pembuka itu dibatalkan, McLaren telah mengundurkan diri dan tak akan berlomba di Albert Park setelah salah satu anggota timnya positif mengidap COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona.
Formula 1, FIA dan sembilan tim kompetitor lainnya akhirnya sepakat untuk mengemas barang-barang mereka sebelum menuju Bahrain, yang dijadwalkan menggelar seri kedua tanpa penonton pada 22 Maret nanti.
"Ini adalah situasi yang cukup sulit diprediksi," kata CEO Formula One Group Chase Carey seperti dikutip Reuters, Jumat.
"Situasinya hari ini berbeda dari dua hari lalu dan berbeda pula dari empat hari yang lalu. Melihat hal itu dan membuat berbagai macam prediksi, ketika situasi berubah cepat seperti ini, adalah tidak mudah.
Setelah Bahrain, seri ketiga yang akan digelar di Vietnam juga dalam tanda tanya karena personel menjalani karantina dan pembatasan perjalanan menjadi mimpi buruk bagi tim untuk mengurus logistik.
Sedangkan Grand Prix China, di Shanghai yang sedianya menjadi seri keempat pada 19 April telah ditunda.
Menggelar balapan di Belanda pada 3 Mei juga akan menimbulkan masalah baru setelah otoritas setempat pada Kamis membatalkan semua ajang olah raga dan melarang kegiatan atau perkumpulan yang diikuti lebih dari 100 orang.
Spanyol, pemberhentian pada pekan selanjutnya setelah Belanda, juga sedang memerangi wabah virus corona di negara mereka.
Mclaren menyatakan 14 anggota timnya, satu terbukti positif COVID-19, harus menjalani karantina di hotel yang mereka tempati di Melbourne selama 14 hari mengikuti aturan setempat.
Bahkan sebelum munculnya hasil tes positif itu, para profesional dunia kesehatan dan pengamat media menekan penyelenggara untuk menghentikan Grand Prix Australia.
Salah satu protes yang kentara adalah terdapat tulisan "Stop F1" di langit di atas kota Sydney.
Juara dunia enam kali Lewis Hamilton juga sempat heran di sesi jumpa pers jelang lomba, Kamis, jika penyelenggara bersikeras untuk menjalankan lomba.
Pebalap berusia 35 asal Inggris itu pada Jumat akhirnya menyambut baik keputusan pembatalan itu lewat komentarnya di media sosial.
"Sayangnya, ini adalah keputusan yang tepat. Tak seorang pun menginginkan hal ini, kami semua ingin berada di mobil dan membalap, tapi kita harus realistis dan mengutamakan kesehatan dan keselamatan," komentar Hamilton di akun Twitter resminya.
"Realitanya adalah, ini sangat serius... banyak orang sakit dan bahkan jika mereka tidak sakit, banyak orang terdampak secara finansial dan emosional.
"Tak ada yang tahu apa yang kita hadapi, tapi kita semua harus mengambil tindakan pencegahan untuk sebisa mungkin menjaga keamanan semua orang.
"Saya tahu ini mengecewakan, karena olah raga menyatukan kita ketika masa-masa sulit, tapi ini adalah keputusan yang tepat," kata Hamilton.
Pebalap tuan rumah Daniel Ricciardo pun harus legawa.
"Pada akhirnya keputusan tepat telah diambil dan aku kira semua orang bisa paham jika ini adalah sesuatu yang belum pernah kita saksikan sebelumnya," kata Ricciardo.
Ratusan fans memadati komplek sirkuit yang berada di sekitar danau di Albert Park itu, tak mengetahui Perdana Menteri negara bagian Victoria Daniel Andrews telah mengumumkan larangan menonton meski pun balapan itu jadi digelar.
Chief executive Australian Grand Prix Corporation Andrew Westacott menyatakan penyelenggara akan membahas kemungkinan menggelar balapan tunda, walaupun para staf tim sudah mulai berkemas.
Kerugian jutaan dolar bagi Formula 1 jika ada lebih banyak balapan lagi dibatalkan.
Hamilton pada Kamis sempat menyindir dengan mengatakan "uang adalah segalanya" ketika menanggapi pertanyaan kenapa panitia tak membatalkan balapan di Melbourne. Tapi Carey membantahnya hari ini.
"Aku rasa jika uang adalah segalanya, kita tak akan mengambil keputusan seperti yang kita lakukan hari ini," kata Carey. (ant/rtr)
Advertisement