Nasib Biduanita, Gus Mus: Umi Kultsum Tak Semujur Kusir Dokar
“Jika ibadah haji semata berurusan dengan uang, dengan harta kekayaan, barangkali saya adalah salah seorang “korban” yang mustahil bisa sampai kesana.” KH A Mustofa Bisri.
Ibadah haji, adalah pilihan. Limpahan rahmat yang datang dari kebesaran, dan keagungan Allah. Ia tidak semata berurusan dengan perhitungan matematis. Tidak ada kaitannya dengan”punya” atau “tidak punya” biaya untuk bisa sampai kesana.
“Jika ibadah haji semata berurusan dengan uang, dengan harta kekayaan, barangkali saya adalah salah seorang “korban” yang mustahil bisa sampai kesana.”
Demikian ungkapan KH. A. Mustofa Bisri, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang. Untuk lebih jelasnya, berikut Gus Mus, panggilan akrabnya, berkisah dalam bukunya, berjudul “Haji: Pilihan, diambil dari buku: Keajaiban Haji”.
"Maka ibadah haji bagi saya, adalah karunia. Adalah sebuah hidayah. Adalah juga, sebuah keajaiban."
Nyatanya, hanya dengan keyakinan penuh atas Kemurahan dan Ke-mahamengerti-an Allah, saya toh bisa kesana. Bahkan berkali-kali. Persoalannya, apakah setiap orang bisa meletakkan keyakinannya dalam proporsi yang tepat? Itu saja. Maka ibadah haji bagi saya, adalah karunia. Adalah sebuah hidayah. Adalah juga, sebuah keajaiban.
Ada seorang penyanyi terkenal asal Mesir, Umi Kulsum namanya, seorang hafidzatul quran, yang dikaruniai pula oleh Allah harta kekayaan melimpah-ruah. Pokoknya lengkap. Secara akal sehat, ia akan dengan sangat gampang untuk “menyebrang” menuju Makkah.
Tak ada persoalan berarti bagi orang sekelas dan semampu dia. Jarak antara Mesir-Makkah pun cukup dekat, tentu, jika dibandingkan dengan Indonesia yang harus melewati lima samudra. Tapi entah mengapa, sampai mati Umi Kulsum tak pernah “dipilih” Allah untuk menunaikan haji. “Nasib” Umi Kulsum, ternyata tidak seindah nasib seorang kusir dokar. (adi)