Nasi Pecel Dibanderol Rp 5.000, Seperti Apa Rupa dan Rasanya?
Warung kuliner “sejuta umat” yakni, nasi pecel di Kota Probolinggo, Jawa Timur, terus bermunculan. Kali ini muncul pecel Madiun yang dibanderol dengan harga di bawah Rp 5.000 per porsi.
Warung Mbah Sri di Jalan AA. Maramis, Kelurahan/Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo mematok harga murah meriah Rp4.900 per porsi. Berupa sepiring nasi putih, sayur-mayur plus bumbu pecel, dan rempeyek.
Soal rasa ternyata tidak kalah dengan nasi pecel pada umumnya. “Rahasia gurihnya bumbu pecel, kacang tanahnya kami sangrai alias digoreng tanpa minyak sehingga rasa gurih kacang tanah bisa terasa,” ujar Basuki, pemilik Warung Mbah Sri, Sabtu, 27 April 2024.
Baru diluncurkan (launching), nasi pecel itu diserbu hingga ratusan pembeli. “Alhamdulillah, sekitar 400 pembeli yang datang ke warung kami dalam sehari, buka mulai pagi hingga siang hari,” kata pria kelahiran Madiun itu.
Pak Bas, panggilan akrab Basuki menceritakan, keluarganya di Madiun sudah turun-temurun berjualan nasi pecel nasi pecel. Nama “Mbah Sri” yang melekat pada nasi pecel merupakan ibu kandungnya.
Selain soal rupa dan rasa, kata Pak Bas, dalam bisnis kuliner keberanian untuk menyesuaikan harga dengan kondisi pasar adalah kunci kesuksesan. Yang jelas, menu nasi pecel sudah sangat merakyat disukai berbagai kalangan dari muda hingga tua.
Memang ada sebagian remaja yang lebih menyukai makanan “modern” ketimbang pecel, hal itu bukan masalah. “Kaum milineal lebih suka ayam geprek hingga fried chicken monggo saja. Yang jelas, kami berusaha menawarkan pecel untuk semua kalangan termasuk kalangan milenial,” katanya.
Salah seorang pembeli, Asih mengaku, menggemari nasi pecel Mbah Sri, yang sebelumnya berjualan di kawasan Listrikan (Jalan HOS Tjokroanoto) dan selatan Masjid Agus Raudlatul Jannah (Jalan Agus Salim) Kota Probolinggo. “Nasi pecel per porsi di bawah Rp5.000 sungguh murah meriah di tengah mahalnya sembako,” katanya.
Hal senada diungkapkan Alvi Wardah yang hari itu ikut antre di Warung Mbah Sri. “Murah meriah tetapi rasa pecelnya tidak murahan,” ujarnya.
Remaja putri itu mengaku, bumbu pecel Mbah Sri sangat terasa gurih, manis, asin di lidah. Belum lagi kriuk rempeyek kacang yang ikut “meramaikan” suasana santap siang.
Tercantum di Serat Centhini
Profesor Dr. Ir Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta mengatakan, istilah pecel berasal dari bahasa Jawa, yang artinya diperas setelah direbus. Begitu nama nasi pecel disebut, ingatan kita langsung tertaut dengan daerah Madiun. Karena memang Madiun dikenal karena pecelnya.
Melalui bukunya, Makanan Tradisional Indonesia Seri 2: Makanan Tradisional yang Populer, Prof. Murdijati menjelaskan, nasi pecel telah muncul sejak ratusan tahun silam di kehidupan orang Indonesia khususnya orang Jawa. Dalam Serat Centhini, yang ditulis pada tahun 1800 Masehi, hidangan nasi pecel sudah ditemukan, yakni sayuran segar yang dipadukan dengan siraman saus kacang.
Pada saat itu, pecel disajikan sebagai menu jamuan bagi para rombongan kerajaan. Setelah itu, dari waktu ke waktu, pecel menjadi hidangan untuk acara selamatan dan berbagai pertunjukan di daerah Jawa.
Jejak munculnya hidangan pecel juga dikisahkan dalam Babat Tanah Jawi, ketika sedang gencarnya penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Saat itu, Sunan Kalijaga selaku salah satu Wali Songo sedang bertamu ke kediaman Ki Gede Pemanahan di Mataram dan disajikan makan siang, yang tidak lain adalah hidangan pecel.
Ki Gede Pemanahan menjelaskan, pecel sebagai hidangan daun-daunan dan sayuran yang sudah direbus, ditambah semangkuk saus kacang yang nikmat untuk dinikmati bersama. Cita rasa bumbu kacang yang segar dan manis. Campuran asam jawa, gula kelapa, dan bumbu kencur membuat Sunan Kalijaga heran dan terkesima dengan makanan enak itu.
Makanan dari sayur-sayuran tersebut akhirnya berkembang dan diminati banyak masyarakat di negeri ini. Cita rasa bumbu dari masing-masing daerah yang menyajikan pecel juga mempunyai ciri sendiri.
Warga Probolinggo yang masyarakatnya campuran berbagai suku terutama Jawa-Madura (Pendalungan) menyukai cita rasa agak asin. Tentu saja nasi pecel Madiun yang bumbunya dominan manis akhirnya ikut menyesuaikan dengan cita rasa warga Probolinggo.
Advertisement