Mbah Sumi, Sang Legenda Nasi Pecel Empat Ribuan Khas Lamongan
Kerelaan berbagi tak harus menanti berlimpahnya rejeki. Banyak cara untuk bisa mengulurkan tangan bagi sesama. Seperti yang dilakukan Mbah Sumi, 63 tahun yang berbagi dengan cara berjualan pecel Rp4 ribu per porsi.
Satu porsi pecel dengan lauk rempeyek, dadar telur plus tahu bacem harganya cuma Rp4 ribu? Murah banget. Bahkan sangat...sangat murah! Coba bandingkan dengan warung-warung penjual nasi pecel lainnya. Satu porsi nasi pecel rata-rata Rp8 ribu hingga Rp10 ribu. Bahkan bisa lebih mahal lagi.
Tak hanya harganya yang murah pol, nasi pecel olahan Mbah Sumi rasanya nyampleng. Gurih dan pedasnya pas di lidah.
"Sejak buka warung empat tahun yang lalu harga seporsi pecel hanya Rp4 ribu. Minumnya segelas teh manis Rp1.000. Jadi untuk makan dan minum cuma bayar Rp5000, " kata nenek yang tampak masih bugar di usia senjanya itu.
Warung Mbah Sumi ini berada di jalan poros desa Siman, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan. Buka dari pagi jam 7.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB setiap harinya bisa menghabiskan 6-7 kilogram nasi.
Pembelinya selain dari warga setempat, pengendara yang melintas, juga para santri yang mondok di pondok pesantren desa setempat.
Salah satu pembeli Fauzi mengaku hampir setiap hari sarapan di warung pecel Mbah Sumi.
"Selain harganya murah, rasa pecelnya juga nikmat. Warungnya juga bersih, " katanya lagi.
Menurutnya saat ini sangat sulit mencari nasi pecel dengan harga murah. Apalagi kondisi saat ini harga-harga sembako sangat tinggi.
"Mbah Sumi kalau tidak niat berbagi, tidak akan berjualan nasi pecel Rp4 ribu perporsi, murah banget, " kata Iksan, salah satu pembeli.
Membuka warung makan nasi pecel dengan harga murah sudah menjadi tekad Mbah Sumi untuk bisa berbagi dengan sesama.
"Mumpung masih ada umur saya ingin bisa berbagi dengan menjual pecel murah," kata Mbah Sumi.
Mbah Sumi tinggal sendiri di rumah yang juga dijadikan warung pecel itu. Tidak ada pembantu. Suami pun juga sudah tak punya. Empat anaknya semuanya tinggal di Jakarta dan sukses membuka usaha kuliner.
Sebelum pulang kampung dan membuka warung pecel, Mbah Sumi puluhan tahun tinggal di Jakarta. Di Jakarta Mbah Sumi juga membuka usaha kuliner pecel lele Lamongan.
Dari usaha ini, Mbah Sumi yang cerai dengan suaminya, mampu menghidupi dan membesarkan ke empat anaknya. Bahkan saat anaknya beranjak remaja tiga di antaranya mampu mandiri dengan membuka usaha warung makan sendiri.
"Tiga anak saya buka usaha warung makan dan satunya lagi bekerja di perusahaan," kata Mbah Sumi.
Kesuksesan ketiga anaknya membuka warung makan tidak lepas dari bimbingan Mbah Sumi. Ada bumbu-bumbu khusus dan resep rahasia khas wong Lamongan, yang diberikan kepada anaknya sehingga warung makan yang dibuka laris.
Sebenarnya keempat anaknya melarang pulang ke desa. Namun Mbah Sumi menolak.
"Saya tidak ingin ngrepoti anak-anak. Tugas saya sebagai orang tua sudah selesai membesarkan dan mengantarkan anak menjadi mandiri, " katanya dengan suara bergetar.
Di sisa usianya, ia ingin menghabisksn masa tuanya di desa kelahiran yang sudah berpuluh tahun ditinggalkan.
"Dengan berjualan nasi pecel murah saya ingin mandiri dan juga berbagi sebelum Allah menjemput saya," ujarnya dengan mata berkaca. (tok)