Nasi Kebuli Gratis untuk Pasien Isoman
Pandemi Covid-19 yang dahsyat dan memakan banyak korban, melahirkan banyak gagasan. Tidak terkecuali sebagai lahan bisnis untuk mencari keuntungan. Memalsu obat-obatan, menaikkan harga jual alat kesehatan, atau memanfaatkan kesempatan dalam bentuk yang lain.
Tapi tentu tidak semua orang menerapkan teori aji mumpung seperti itu. Masih banyak juga yang justru pandemi menggugah rasa empati, solidaritas, dan kebersamaan.
Salah seorang yang terpicu untuk membantu dan meringankan beban para panderita Covid-19 itu adalah Nadia Sabban, warga Simokerto Gang IV, Surabaya. Dia yang berlatar belakang keahlian dalam bidang kuliner, berinisiatif mengirimkan makan kepada penderita Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman). Kebetulan, Nadia memang membuka Dapur Nadya, yang memberi kursus dan pelatihan memasak kepada ibu-ibu dan remaja, khusus menu Timur Tengah dan Italia.
“Awal bulan lalu, seorang teman karib saya dinyatakan positif Covid. Karena saya tahu dia tidak dapat melakukan pekerjaan apapun selama menjalani isoma, maka saya memasak sop kambing dan saya kirimkan ke dia. Ternyata kiriman saya hari itu bukan saja bermanfaat untuk makan siang, tetapi juga mendorong dia makin bersemangat untuk sembuh. Dari ide awal itulah saya kemudian mencari informasi tentang siapa saja keluarga dan teman-teman saya yang sedang menjalani isoman,” cerita Nadia.
Kemudian, lanjut Nadia, tercatat ada 14 orang teman yang menjalani insoma. Ada teman yang satu keluarganya positif. Malah ada pula yang keluarganya meninggal. “Saya segera masak secara pribadi, dan saya kirimkan makanan untuk mereka,” tambahnya. Jumlah pasien kemudian meningkat menjadi 41 orang, beberapa diantaranya menjalani isolasi di rumah sakit. Mereka mendapat kiriman sehari dua kali, yaitu makan siang dan makan malam.
“Jumlah pasien terus bertambah. Maka saya sudah tidak bisa masak sendiri. Saya minta bantuan anak-anak. Setelah itu makin banyak teman yang menghubungi saya, tanya mereka bisa menyumbang apa? Ya silakan kalau mau kirim beras atau apa saja. Semua pasti akan berguna.
Sumbangan dari teman-temanpun mulai datang. Tapi jumlah pasien juga terus bertambah, akhir bulan Juni sekitar 135 orang. Pada awalnya memang khusus untuk penderita isoman yang berada di wilayah Surabaya utara. Tapi kemudian juga ada yang dari Sidoarjo, dari Sepanjang. Ya sudah, semua kita layani karena memang mereka butuh bantuan. Pertengahan bulan Juli, jumlah pasien mencapai 220 orang. Tetap saja semuanya kita layani, kita kirim makanan siang dan malam hari,” kata Nadia.
Kalau tadinya melayani sahabat dan teman, akhirnya Dapur Nadya juga terbuka untuk umum. Siapapun dilayani, berbagai usia, lintas agama, karena menurut Nadia, Covid menyerang siapa saja. Tapi seiring dengan itu, makin banyak pula donatur yang maunya mengirim uang saja. Maka Nadia kemudian juga mencantumkan nomer rekening suaminya, Ustadz Salim Ganim, yaitu di BCA norek 2130419049. “Tapi itu sukarela saja bagi yang mau jadi donatur. Karena donasi utama yang kami harapkan adalah ridha dari Allah,” kata Nadia.
Bagi para pasien yang sedang menjalani isoman dan mendapat kiriman makan siang dan makan malam, mereka hanya diminta untuk menunjukkan bukti tes swab PCR. Mereka akan mendapatkan bantuan selama 14 hari dihitung dari tanggal melakukan tes PCR. Tapi bagi mereka yang tidak melakukan tes PCR karena memang mahal dan tidak semua pasien mampu membayarnya, lanjut Nadia, cukup mendapat surat pengantar dari pengurus kampung yang menyatakan bahwa yang bersangkutan terpapar Covid-19. Itu saja. Untuk pasien yang memenuhi syarat di atas, bila hendak mendaftar, bisa menghubungi nomer Nadia; 081 357 456 419, dan Afaf; 0878 5126 7125.
Pelayanan kepada pasien isoman benar-benar lengkap, termasuk mengirimkan makanan ke alamat sehari dua kali, tanpa diminta ongkir. “Kami menggunakan beberapa pengantar, misalnya seorang pengantar membawa makanan untuk 10 sampai 12 alamat yang satu jalur. Jadi masing-masing kurir bisa cepat mengantar sampai ke alamat karena jalur yang ditempuh tidak terlalu jauh berputar,” kata Nadia. “Hari ini, kami melayani untuk 104 orang yang sedang menjalani isoman mandiri,” kata Nadia, Selasa sore.
Makanan yang dikirim Dapur Nadya kepada penderita Covid yang sedang menjalani isoman termasuk istimewa. Dan berkwalitas. Menunya selalu berganti, tak pernah sama dari hari ke hari. Menu khas Timur Tengah seperti nasi kebuli, nasi mandi, gule kambing, marak, sop kambing, serta menu lainnya seperti nasi kuning lengkap dengan empal dan telor, nasi dengan ayam goreng dan lalapan, nasi campur dengan udang windu goreng, sate, opor ayam, dan sebagainya. Sesekali buah dan bubur dalam mangkok plastik.
Untuk pasien yang sakitnya agak berat dan kesulitan makan nasi, apabila diinformasikan, disediakan pula menu berupa bubur.
Seorang warga Nyamplungan yang hasil swab PCRnya dinyatakan positif Covid-19, dan sejak sepekan lalu menerima kiriman makan siang dan malam dari Dapur Nadia menyatakan sangat terbantu. “Saya serumah dinyatakan positif sehingga semua harus isolasi. Karena itu kami kesulitan untuk memasak sendiri. Kiriman dari Dapur Nadia sangat membantu kami,” katanya. Bagaimana dengan makanan yang Anda terima? “Istimewa. Mewah, enak, dan kemasannya higienis. Dan jangan lupa, gratis,’ kata warga Nyamplungan menjawab pertanyaan melalui pesan WhatsApp, Rabu siang.
Advertisement