Nasi Boran Lamongan, Kini Sudah Jadi Sajian Khas Para Pejabat
Tidak hanya soto dan tahu campur kuliner khas Lamongan. Tapi, ada satu lagi kuliner khas yang rasanya tidak kalah dengan soto atau tahu campur. Sekali mencicipi dijamin ketagihan.
Sayangnya, kuliner yang satu ini tidak mudah didapat. Tidak seperti soto, tahu campur, tahu tek atau yang lainnya. Kuliner khas Lamongan yang satu ini hanya ada di tempat tertentu saja.
Bahkan, di Lamongan sendiri juga tidak bisa ditemui di sembarang tempat. Hanya ada di kawasan Kecamatan Lamongan. Namanya nasi Boran. Kuliner ini hanya ada di Kecamatan Lamongan, tepatnya di Desa Sawo, Kaotan, dan Sumberejo.
Orang sekilas mengira nasi Boran ini sejenis masakan bumbu Bali. Karena secara fisik tampak dari warna yang kemerah-merahan.
Jika dirasakan rasanya sangat jauh berbeda dengan bumbu Bali. Bumbu nasi Boran ini cenderung kuahnya kental dan rasanya pedas.
Karena bumbu nasi Boran banyak rempah-rempah. Di antaranya, lengkuas, jahe, terasi, jeruk purut, lombok rawit yang semua direbus, agar kuah menjadi kental. Ditambahkan rendaman beras mentah dan parutan kelapa, bawang merah serta merica, gula putih, serta garam.
Sebagai pelengkap, biasanya ada urap-urap plus parutan kelapa yang sudah dibumbui bubuk pletuk (serbuk kedelai) dan terkadang ada yang melengkapinya dengan sambal kemangi.
Kebanyakan penjual nasi Boran selalu jujur jika ditanya soal bahan bumbu kuliner ini. Mereka akan detail menjelaskan resep bumbu nasi Boran tanpa takut ditiru orang lain.
"Kenapa harus ditutupi, meskipun dikasih tahu belum tentu bisa cara memasaknya. Coba saja," kata Tika, salah satu penjual nasi Boran yang biasa mangkal di sudut Kantor BRI Unit Lamongan Kota.
Ada yang khas lagi untuk menyantap nasi Boran masih ada lauk pelengkap yang namanya Empuk, terbuat dari tepung kanji yang digoreng, serta ada ikan sili.
"Ikan sili sekarang jarang ada dan harganya mahal. Sebenarnya tetap banyak yang tanya karena suka dengan rasanya yang gurih," kata Tika.
Karena itu, lanjut Tika, banyak konsumen lebih memilih lauk ayam goreng, bandeng, kutuk, sate kuning telur, telur dadar dan sebagainya.
Nasi Boran berasal dari kata boran yang artinya sebutan sebuah tempat nasi sejenis bakul yang terbuat dari anyaman bambu. Di daerah lain ada yang menyebutnya rinjing.
Dulu nasi Boran ini berawal dari masakan untuk hajatan desa. Ada juga yang mengatakan santapan sehari-hari nelayan. Selanjutnya, berkembang dengan cara dijajakan keliling kampung.
Penjual menggendong boran (bakul) berisi nasi dan bumbu sayur Boran kemudian keliling kampung. Penjual biasanya menjajakan dagangannya pada pagi hari atau untuk sarapan pagi bagi para nelayan.
Kemudian, perkembangan zaman nasi Boran dijual secara menetap dan setiap waktu dapat membelinya. Bagi warga Lamongan, kuliner ini sering disebut sebagai tombo kangen. Orang Lamongan yang senang merantau, selalu merindukannya. Ada yang secara khusus dipesan sebagai oleh-oleh bagi warga yang merantau.
Sebaliknya, ketika sedang pulang dari rantau, terkadang menyempatkan diri mampir untuk makan nasi Boran lebih dulu, sebelum menginjak kampung halamannya.
"Gimana ya, Begitu nyampek Lamongan rasanya langsung pengen makan nasi Boran. Kangen sekali," ujar Slamet, yang mengaku lama merantau di Jakarta.
Kini, nasi Boran ini tidak hanya sebagai santapan nelayan atau petani saja. Tetapi kuliner ini juga banyak dinikmati para pejabat.
Sejak tahun 90-an, nasi Boran senantiasa menjadi salah satu menu sajian di lingkungan pemerintah Lamongan. Kuliner ini selalu digunakan pemerintah Lamongan untuk menyambut tamu-tamu daerah hingga pusat.
Nasi Boran menjadi salah satu menu sajian andalan. Tidak jarang pemerintah Lamongan membawanya di acara-acara tingkat provinsi maupun pusat. Tentu, tidak sekadar masakannya, tetapi sekaligus penjual atau yang memasaknya harus dibawa serta.
Nasi Boran kini semakin merakyat karena semakin banyak pula penjualnya. Tidak heran, jika kuliner ini akhirnya menjadi salah satu ikon andalan dan kebanggaan Lamongan, selain soto dan tahu campur. Selamat mencoba.
Advertisement