Nasi Babat Cak Pur Lamongan, Tawarkan Rasa Beda!
Kuliner dengan jenis dan nama masakan yang sama banyak dijumpai di berbagai daerah. Tetapi, lain daerah terkadang lain pula cara memasak dan rasanya.
Seperti juga nasi babat. Jenis masakan ini hampir di semua daerah ada. Bahkan tiga tahun terakhir ini sedang laris-larisnya. Menu inti, nasi putih dengan lauk jeroan sapi dan sambal. Jika menu biasa hanya terdiri babat dan usus, jika lengkap akan ditambahkan paru.
Rasanya khas, umumnya pedas. Terdapat lalapan irisan mentimun plus daun kemangi, serta ada toping lain tergantung selera atau permintaan penikmatnya. Yakni, serundeng atau gorengan serutan kelapa.
Di Lamongan, yang dikenal sebagai kota kuliner, ternyata tidak mudah untuk mendapatkan nasi babat. Hanya ada Nasi Babat Cak Pur. Menempati warung tenda bongkar pasang di halaman parkir Pasar Sidoharjo, Kecamatan/Kabupaten Lamongan.
"Saya mulai berjualan pada awal 2021. Awalnya, ada juga sego (nasi) gongso, tapi peminatnya kurang. Yang lebih laku nasi babat, " kata Purwadi, pemilik warung Nasi Babat Cak Pur, pada Selasa 14 Februari 2023.
Alasan lebih laku, Cak Pur, pria asal Kecamatan Glagah, Lamongan ini lebih dulu menjelaskan, sesuai pengakuan sejumlah pembeli, nasi babat hasil masakannya dikatakan beda dengan lainnya.
Suami Tri Wahyu Heny Nurjanah ini membenarkan, memang ada beberapa perbedaan nasi babat yang dijualnya dengan nasi babat pada umumnya.
Nasi babat Cak Pur ini ada tambahan gorengan serbuk rempah-rempah bertaburan pada lauk jeroan. Demikian pula untuk sambal. Setidaknya ada enam.macam jenis sambal yang disediakan.
Di antaranya, sambal bawang, sambal embe atau sambal khas Bali dengan kekhasannya bawang goreng, sambal matah, sambal bajak, sambal bumbu kuning serta tidak ketinggalan sambal pencit atau mangga muda. Pembeli bebas memilih dan mengambil sendiri.
Semua berasa pedas hingga pedas sekali. Sebagai penguat dan penambah rasa, pedasnya sejumlah sambal itu memaksa siapapun yang menyantapnya dengan nasi hangat akan menjadikan tubuh hangat dan berkeringat.
"Mantap pedasnya," tukas Hakim, seorang pembeli, sembari menyeka keringat di dahi dan lehernya.
Cak Pur mengaku racikan rempah yang membedakan nasi babat hasil masakannya dengan lainnya, merupakan hasil kreasinya sendiri. Itu tidak terlalu sulit bagi Cak Pur, karena ternyata ia sebelumnya sudah pandai memasak.
Dia pernah bekerja di sebuah hotel di Surabaya, di bagian memasak. Bahkan, ia mengaku ahli memasak masakan Italia. Dia juga pernah kuliah di Surabaya Hotel School. "Soal variasi sambal-sambal itu terinspirasi dari pengalaman kerja di hotel," tukas bapak dari Calista dan Abizar ini.
Menyinggung soal pilihan berjualan nasi babat, Cak Pur mengaku karena selama bekerja Surabaya sering makan nasi babat. Selama itu dia mengamati dan mempelajarinya.
Ternyata cukup berhasil. Sekarang ini, jika ramai, warung yang dibuka pukul 16:00-22:00 WIB itu menghabiskan 10-13 kilogram beras. "Alhamdulillah," pungkasnya.