Narji Itu Lucunya, di Sini...
Oleh: Djono W. Oesman
Pelawak Narji, politikus baru PKS, bikin meriah panggung. Dengan, konferensi pers, minta maaf, pernah mendukung Jenderal Dudung Abdurachman mencopoti baliho Rizieq Shihab, dulu. Pro-kontra pun, ambyar.
----------
Pro-kontra, sebab publik mengenakan kacamata politik. Pernyataan politik. Balik badan. Seratus delapan puluh derajat. Balik kucing. Atau diksi-diksi politik lainnya.
Semua tahu Narji pelawak. Tapi, di konferensi pers di Terang Tangsel, Jalan Puspitek, Tangerang Selatan, Rabu 5 Januari 2022 itu, ia rapi. Berjas putih, berpeci. Didampingi Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, Mulyanto. Jadinya formal. Serius.
Sehingga publik mendadak bagai tersihir. Lupa, bahwa Narji aslinya lucu. Publik terkecoh tampilan Narji.
Di panggung konferensi pers:
Narji minta maaf ke masyarakat. Karena ia, bersama beberapa artis Jakarta, mendukung moril kepada Jenderal TNI Dudung Abdurachman (saat itu Pangdam Jaya) yang memerintahkan tentara mencopoti baliho Habib Rizieq Shihab.
Narji: "Waktu itu, saya sama sekali tidak bermaksud menyinggung pihak tertentu. Apalagi, perasaan umat Islam."
Kelihatan, Narji serius. Sungguh-sungguh minta maaf. Tapi, karena ia pelawak, bisa diragukan keseriusannya. Paling tidak, orang bisa ketawa, hanya melihat wajahnya.
Kuduga, itu slapstick (lawakan yang melibatkan anggota tubuh). Soal ini ada teorinya:
Doktor Psikologi M.P. Mulder dan A. Nijholt dalam buku mereka "Humour Research: State of the Art" (2002) menggolongkan slapstick sebagai jenis humor kuno. Disebut teori superioritas.
Mulder dan Nijholt bukan pelawak. Mereka ilmuwan psikologi University of Twente, di Enschede, Belanda, yang merumuskan teori orang ketawa.
Di buku itu, disebutkan: Humor jenis slapstick masuk teori superioritas. Yang juga digagas filsuf Inggris, Thomas Hobbes (5 April 1588 – 4 Desember 1679) dalam bukunya "Leviathan". Begini:
"Ide humor jenis ini adalah, bahwa seseorang menertawakan kemalangan orang lain. Karena kemalangan ini lah, menegaskan keunggulan (superioritas) orang yang tertawa (bisa juga audience). Sehingga audience ketawa, senang."
Di Indonesia, itu dilakukan pelawak Srimulat. Jenis lawakan melibatkan tubuh pelawak. Misal, mendorong, menampar, ludah sampai muncrat seperti Tukul.
Suatu ketika, Pelawak Tarsan (peran juragan) manggung berdua dengan Pelawak Tesy (peran aspri Tarsan).
Tesy, dengan genitnya, dilengkapi kain lap tersampir di bahu, menjelaskan, ia sudah melaporkan ke Ibu Juragan, bahwa Pak Tarsan malam ini gak pulang, karena sudah janjian dengan Sumiati.
Tarsan melototi Tesy: "Lho... kamu ngomong gitu?"
Tesy: "Kan, kata Pak Tarsan, saya mesti jujur..."
Spontan, Tarsan menampar pipi Tesy. Kena kiri, plak...
Beberapa detik tertampar, Tesy menangkis. Sudah telat.
Ditampar lagi, sudah kena, baru-lah ditangkis. Telat lagi.
Begitulah Narji. Ia mendukung Jenderal Dudung Abdurachman, November 2020. Baru lah minta maaf kemarin. Telat setahun.
Tapi, di konferensi pers itu, wartawan tidak ketawa, mendengar pernyataan Narji. Karena, Narji serius. Apalagi, di situ ia didampingi petinggi PKS, seniornya.
Di situ, Narji mengatakan, tidak ada pihak yang menekan dirinya, agar meminta maaf. Itu murni dari lubuk hatinya. Bahkan, Narji mengatakan, begini:
"Gua tuh, orang paling nggak suka disuruh sama orang. Yang gua turutin, apa yang diperintahkan oleh dua orang: Emak ama bini gue. Kalau yang lain, nggak akan gue turutin. Siapapun juga. Gua orang yang paling nggak bisa diatur. Kalau ada orang gini-gini, nggak dah.... Jadi, apa pun berdasarkan hati nurani."
Mendengar itu, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, Mulyanto, pendamping Narji, membenarkan sikap Narji.
Mulyanto: "Bang Narji ini, kan komedian. Jadi, masih kurang luwes memahami konstelasi politik. Sejak kecil dia tinggal di Tangerang Selatan dengan masyarakat yang religius. Belajar ngaji di surau. Dekat dengan ustaz dan kiai."
Dilanjut: "Ke depan, Bang Narji akan banyak belajar politik yang santun dari PKS dan para ustaznya. Kita terharu dan bangga mendengarnya."
Narji menunduk. Dipuji begitu rupa. Lega. Terharu.
Sementara itu, pelawak Srimulat, pada lakon Tarsan-Tesy tersebut, mendadak Ibu Juragan muncul. Tampil di panggung. Langsung mendekati Tesy. Karena Ibu Juragan tadi nguping pembicaraan Tarsan-Tesy.
Ibu Juragan tanya ke Tesy, melotot: "Jadi... bener? Pak Tarsan janjian dengan Sumiati, malam ini? Bener?"
Tesy, kontan bingung. Pusing. Diam-diam, Tarsan mendorong Tesy dari belakang. Dorong bokongnya. Mengarah ke Ibu Juragan.
Advertisement