Narita Diyan Bisa Lebih Berbagi dengan Sesama karena B2W
Bersepeda bisa juga sebagai sarana untuk berbagi. Itu yang dilakukan oleh Narita Diyan. Tapi dibutuhkan perjalanan yang lumayan panjang untuk mencapai tahapan berbagi dengan gowes itu.
Sejak kecil Narita memang bersepeda ke sekolah. Tapi sejak masuk sekolah SMA dan kuliah dirinya off bike. Seperti anak muda lainnya, sekolah menggunakan mobil atau motor.
Lantas, kembali bersepeda sejak tahun 2013. Waktu itu masih menggunakan mountain bike (MTB). Eh, belum lama gowes, Narita kecelakaan. Lantas tidak diizinkan bersepeda oleh keluarga jadi off bike lagi. Nah, karena Narita ini memiliki sifat kompetitif, maka dirinya memilik olahraga lari.
“Dari dulu saya demen dengan olahraga yang ada lawannya. Seperti badminton, futsal, voli, atau basket. Nah, tahun 2014 saya pilih olahraga lari karena ada lombanya. Dan terpacu untuk memperbaiki waktu dan berlomba dengan diri sendiri,” tuturnya.
Nah, setelah fokus dua tahun di lari, Narita mulai melirik triatlon. Mulailah bersepeda lagi. Lalu berlatih gowes dan mulai ikut triathlon tahun 2017. Tak disangka, sejak itu, Narita jatuh cinta dengan gowes.
“Saya memang fokus ke triathlon. Bahkan saya latihan renang hanya sebulan sebelum saya ikut even triatlon 2017 itu. Tapi gowes ini bisa memberi saya kebebasan,” bilangnya.
Narita bebas bisa ke mana-mana dengan sepeda. Bebas tidak perlu berjibaku dengan kemacetan. Sekaligus Narita membebaskan diri dari rasa bersalah menyumbang polusi Jakarta.
Terpenting, Narita bisa membebaskan diri secara finansial dari biaya transportasi. “Saya tidak perlu lagi beli bensin, bayar parkir, bayar tol, atau lainnya. Jadi saya bisa menghemat,” bangga pengguna Trek Madone Speed untuk ikut triathlon.
Ya, selain gowes sebagai hobi, Narita memang aktif gowes bike to work (B2W) dari rumah di Jakarta Barat ke kantor di Jakarta Selatan. Jaraknya 20 km. Jadi pergi pulang, Narita harus gowes 40 km.
Tapi seringnya pulang menjelang malam atau malam hari. Narita menghindari bersepeda sendirian saat malam karena rentan kejahatan. “Jadi saya pulangnya sering pakai transportasi online,” bilangnya.
“Dengan bike to work (B2W) seperti ini saya bisa lebih dekat dengan masyarakat. Sehingga jiwa sosial saya akan lebih peka. Juga lebih bisa toleransi,” bilang pengguna mountain bike elektrik Patrol E-Zero untuk B2W.
Akibat dari tidak keluar biaya transportasi itu maka Narita mempunyai “kelebihan” dana. Jadi sebagian dana itu bisa diberikan kepada yang lebih membutuhkan.
“Ketika saya B2W maka saya lebih dekat dengan masyarakat. Sering saya temui banyak orang yang bekerja menggunakan sepeda. Seperti tukang siomai, tukang kerupuk, atau tukang jamu. Atau ada tukang sapu, pemulung. Saya berbagi dengan mereka sebagai rasa syukur kepada Tuhan bahwa saya masih diberi sehat, diberi pekerjaan, diberi sepeda, bisa gowes, dan saya diberi stamina prima bisa gowes B2W 40 km sehari,” tuturnya panjang lebar.
Keuntungan lain dari B2W menurut Narita adalah dirinya bisa menjaga fitness leve. Juga lebih bugar dan lebih produktif dalam bekerja.
“Saya bisa tentukan nasib sendiri. Gowes lebih praktis karena tidak macet. Jadi efisien dan efektif,” bilang pengguna Trek Lexa WSD (Women Spesific Design) untuk B2W ini.
Jam kantor adalah 08.30, Narita berangkat dari rumah jam 6 pagi. Sampai kantor jam 7 pagi. Masih banyak waktu untuk mandi dan dandan. Karena paginya sudah olahraga, maka hormon endorfin keluar dan itu membuat hepi dan sepanjang hari tidak ngantuk, tidak bosan, dan tidak capek.
Narita juga mencintai bersepeda karena dengan gowes ini, dirinya bisa mendapatkan banyak teman. Pengalaman baru di lingkungan baru. Yang penting bisa jalan-jalan melihat pemandangan indah. Dan dirinya bisa mengagumi keindahan Indonesia secara langsung.
“Jika tidak ada even, saya sukanya gowes jarak jauh yang ada tantangan. Misalnya unsupported ride. Pernah saya gowes Jakarta Bogor Jakarta, lalu Jakarta Purwakarta Jakarta, Jakarta Puncak Jakarta, dan lainnya,” bilang Narita.
Saat ditanya pengalaman bersepeda apa yang paling dikenang? Brand ambassador sepeda Trek ini bingung menjawabnya. “Semua pengalaman gowes saya berkesan dan terkenang seumur hidup. Karena gowes ini membuat saya gembira,” tutupnya lantas tersenyum.