Nama Baiknya Tercemar Akibat Video Penggerebakan, Camat Asemrowo akan Tempuh Jalur Hukum
Camat Asemrowo Khusnul Amin mengatakan, dirinya berencana akan melaporkan kepada pihak berwajib terkait insiden penggerebekan oleh segerombolan warga, saat ia beserta kedua stafnya sedang melakukan rapat koordinasi di ruang kerja camat, Senin 6 Januari 2025 pagi.
Khusnul menyatakan, rekaman video penggerebakan yang telah tersebar secara masif di media sosial itu adalah bentuk fitnah yang tidak bertanggung jawab terhadap dirinya dan kedua stafnya, Devika Sari dan Alfian Syarifudin. Mereka merasa nama baiknya tercemar akibat insiden tersebut.
"Kami akan menempuh jalur hukum karena ini mencemarkan nama baik saya, keluarga, dan staf saya. Video itu memframing, seolah-olah ada hal yang tidak pantas terjadi di kantor. Ini melanggar Undang-Undang ITE, dan kami akan mengambil langkah hukum dengan kuasa hukum," tegas Khusnul di Kantor Kecamatan Asemrowo, Rabu 8 Januari 2025.
Menurut Khusnul, insiden yang menimpa dirinya beserta kedua stafnya tersebut tidak bisa dianggap sebagai suatu hal yang wajar. Sebab, staf kecamatan yang saat itu ada di lokasi sampai-sampai merasakan trauma yang mendalam hingga saat ini.
"Ada banyak orang yang teriak-teriak, itu rekamannya ada semua, sebagai barang bukti nantinya," ucapnya.
Terkait rencana akan melapor peristiwa tersebut kepada pihak kepolisian, Khusnul mengaku masih akan berdiskusi dengan keluarganya. "Saya niat lapor ada. Cuma saya masih punya orang tua, istri, anak juga," ujarnya.
Sementara itu, staf Kecamatan Asemrowo Devika Sari mengaku, dirinya masih merasa sangat ketakutan dan mengalami trauma yang mendalam akibat insiden yang menimpanya itu.
"Orang begitu banyaknya, saya panik. Sampai teman saya mengaku pembantu. Dia juga sama ketakutan. Mas Alfian (sembunyi) di belakang pintu. Saya tidak ngapa-ngapain dan lari ke belakang meja," tuturnya.
Terkait sebab dirinya tidak beranjak dari kolong meja camat, Devi mengaku dirinya saat itu dalam keadaan yang sangat panik. Banyak orang yang kemudian menggenggam telepon genggam mereka dan merekam peristiwa itu. Hal itu membuat dia semakin takut untuk keluar dari bawah meja.
"Saya malu, sedih, takut. Saya takut ada yang bawa sajam. Saya keluar akhirnya setelah ada pak Babinsa. Itu mereka bukan media tapi perkumpulannya orang-orang itu. Saya nangis," keluhnya.
Advertisement