Perjalanan Karir Fadly Satrianto Hingga Ada di Pesawat Sriwijaya
Fadly Satrianto, korban jatuhnya pesawat Sriwijaya SJY-182 yang merupakan warga Surabaya, memiliki cita-cita menjadi seorang pilot sejak kecil. Hal ini diungkapkan ayah Fadly Satrianto, Sumarzen Marzuki, saat ditemui di rumahnya di daerah Perak Barat, Surabaya, 10 Januari 2021.
"Anak saya punya cita-cita jadi pilot, tapi memang untuk mengapainya ada banyak macam cara," kata Sumarzen Marzuki, Minggu,10 Januari 2021.
Sumarzen Marzuki pun menceritakan, setelah lulus SMA, Fadly Satrianto melanjutkan sekolah di Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya (Unair).
Setelah lulus dari Unair, ia pun melanjutkan ke sekolah penerbangan ke Bangka Belitung selama satu tahun lebih.
"Setelah sekolah dari Unair, dia melanjutkan ke pendidikan pilot di Bangka Belitung selama satu tahun lebih. Di sana dia mengikuti pelatihan simulator spesialisasi pesawat terbang," ujar pria 63 tahun ini.
Setelah, menempuh pendidikan di Bangka Belitung tersebut. Fadly bekerja di NAM Air yang merupakan anak perusahaan dari Sriwijaya Air. "NAM perusahaan pertamanya, dia masih jadi co-pilot di sana karena jam terbangnya masih kurang," ucapnya.
Tapi Sumarzen kembali menuturkan bahwa putranya tersebut bukan co-pilot dari pesawat Sriwijaya SJY-182. Melainkan hanya extra kru. "Dia ditugasi perusahaan NAM Air untuk membawa pesawat di Pontianak. Dia ikut penumpang di Sriwijaya, dia bukan co-pilotnya," imbuhnya.
Menurutnya, putra ketiganya tersebut dikenal memiliki pribadi yang ramah dan mudah bergaul. "Warga sini bilang dia ramah, banyak teman, pandai bergaul, tapikan memang beberapa tahun terakhir ini dia tinggal di Jakarta dan ke Surabaya kalau dia ada penerbangan ke sini (Surabaya) saja," pungkas Sumarzen Marzuki.