Nakes Positif Covid, Puskesmas Pajarakan Probolinggo Ditutup
Puskesmas Pajarakan, Kabupaten Probolinggo ditutup selama tujuh hari sejak Jumat, 11 September 2020. Pemicunya, ada tenaga kesehatan di Puskesmas tersebut yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Juru Bicara Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo, dokter Dewi Veronica membenarkan, Puskesmas Pajarakan ditutup sementara. Hal itu demi kenyamanan dan keamanan bagi warga. “Selama Puskesmas ditutup, dilakukan sterilisiasi dan disinfeksi seluruh ruangan di Puskesmas,” katanya.
Layanan yang ditutup di antaranya Instalasi Rawat Darurat (IRD), rawat inap, dan persalinan. Sedangkan layanan rawat rawat jalan tetap dibuka seperti biasanya.
Tim Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo, kata Dewi, berusaha memutus penyebaran Covid-19 di Puskesmas Pajarakan. Termasuk dengan melakukan tracing terhadap nakes yang positif Covid-19.
Mereka yang melalukan kontak erat, seperti rekan kerja sesama nakes, juga keluarga nakes positif Covid-19 sudan di-tracing. “Tim Satgas juga sudah melakukan tes swab terhadap 60 karyawan Puskesmas Pajarakan,” ujar perempuan kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur itu.
Menurut Dewi, nakes positif itu diduga kuat tertular dari anggota keluarganya. Soalnya, keluarga nakes tersebut diketahui lebih dulu positif Covid-19. Kini naskes tersebut diisolasi di sebuah rumah pengawasan untuk menjalani perawatan. “Ia termasuk pasien positif asimtomatis atau tanpa gejala,” katanya.
Zona Merah
Jumlah warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Probolinggo terus melonjak. Hingga kini total sebanyak 586 orang. Sebanyak 113 orang di antaranya masih dirawat dan 29 orang positif Covid-19 dilaporkan meninggal.
Melonjaknya kasus harian dalam sepekan terakhir mengakibatkan Kabupaten Probolinggo yang masuk zona oranye berubah menjadi zona merah. Juru Bicara Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo, dokter Dewi Veronica membenarkan perubahan status menjadi zona merah itu. “Penentuan zona itu berdasarkan 15 indikator kesehatan masyarakat yang ditetapkan Satgas nasional,” katanya.
Sebanyak 15 indikator utama itu terbagi menjadi 11 indikator epidemiologi, dua indikator surveillance kesehatan masyarakat dan dua indikator pelayanan kesehatan. Setiap indikator tersebut memiliki skor dan bobot yang kemudian dijumlah dan dikelompokkan menjadi empat zona. “Ada zona merah risiko tinggi, zona oranye risiko sedang, zona kuning risiko rendah, dan zona hijau risiko terkontrol,” katanya.
Dewi menambahkan, untuk indikator surveillance kesehatan masyarakat didapat positivity rate 16 persen dari target kurang dari 5 persen. Sedangkan indikator pelayanan kesehatan diukur dari jumlah tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan yang menampung lebih dari 20 persen pasien positif Covid-19 dirawat di RS.