Hamil 8 Bulan, Nakes RS Gotong Royong Meninggal Akibat Covid-19
Seorang tenaga medis di Rumah Sakit (RS) Gotong Royong dikabarkan meninggal akibat terinfeksi covid-19. Tenaga kesehatan bernama Vivitra Wallada terinfeksi covid-19 saat hamil usia delapan bulan. Akibat kondisinya yang memburuk, bayinya terpaksa dikeluarkan sebelum waktunya. Namun korban meninggal empat hari setelah melahirkan bayi laki-laki dengan selamat.
“Tanggal 15 Juni 2020, beliau rapid test karena alami gejala awal seperti demam, sesak napas, tapi itu menunjukkan non reaktif,” kata Direktur RS Gotong Royong, Dr Mardha Handiwidjaja, saat dikonfirmasi, Kamis, 25 Juni 2020.
Namun, dua hari kemudian, kondisi yang bersangkutan menjadi semakin parah. Selain itu, saat menjalani foto torax, kondisi paru-paru mendiang menunjukkan gejala covid-19. “Karena masih demam, pasien akhirnya dirapid ulang dan difoto torax dan hasilnya reaktif. Kami periksa paru-parunya ternyata ada petunjuk mengarah pada covid-19,” ungkapnya.
Melalui pertimbangan medis dan persetujuan keluarga, pada Sabtu, 20 Juni 2020, pihak RS Gotong Royong pun merujuk Vivitra ke Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr Ramelan, Surabaya. “Dirujuk ke RSAL Surabaya karena pasien sesak, (selain itu) dalam kondisi hamil 8 bulan,” jelasnya.
Karena kondisi yang bersangkutan semakin memburuk, bayi yang ada di dalam kandungan pun terpaksa dikeluarkan. Sang ibu, akhirnya meninggal empat hari setelah berhasil melahirkan bayi laki-laki. “Beliau meninggal pada Rabu, 24 Juni 2020, pukul 03.53. Bayinya (saat itu) dalam keadaan sehat, jenis kelaminnya laki-laki,” kata dia.
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai kondisi bayi dan suami dari Vivitra sekarang, Mardha mengungkapkan, dirinya belum mengetahui kabar itu. Ia beralasan jika saat ini pihaknya masih belum bisa menghubungi suami mendiang.
"Sulit kami jawab, karena pertama dirawat di RSAL, dan saya kontak suaminya terakhir beliau bilang (bayinya) relatif stabil. Relatif stabil itu bukan berarti aman, karena bayinya lahir dalam keadaan kurang bulan. Kita semua berdoa biar bisa bertahan,” ujarnya.
Sementara itu, menanggapi perihal almarhumah yang masih bekerja meski dalam kondisi hamil, kata Mardha, yang bersangkutan tak bertugas di ruangan pasien covid-19. Ia mengakui rumah sakitnya mengalami kesulitan ketika menerapkan work from home untuk tenaga kesehata. Sedangkan, meski memberikan cuti hamil, namun mendiang belum mengambil cuti saat terpapar covid-19.
“Jadi, memang kami sulit menerapkan WFH dan saya rasa ini juga dialami semua RS. Orang hamil ini kan punya hak cuti, namun biasanya mereka inginnya ambil cuti mendekati hari kelahiran, biar setelah melahirkan bisa ambil cuti lama,” jelasnya.
Namun, kejadian tersebut membuat pihaknya berencana melakukan evaluasi terutama bagi tenaga kesehatan yang sedang hamil. Sebab semakin besar kandungan, risiko juga semakin besar. "Ya kedepan kami akan evaluasi bagi ibu hamil untuk tidak mengambil jatah cuti menunggu setelah usia kehamilam tua. Karena yang jelas semakin besar usia kandungannya tentu semakin beresiko," tutupnya.
Advertisement