Nak, Janganlah Dua Kali Menyembelih Hatiku
Seorang sastrawan Libanon, Ibrahim Al-Mundzir (w. 1950 m) berimajinasi dengan sajak-sajaknya, ia berkata :
Seorang anak yg bodoh dirayu dengan harta guna meraih maksudnya. Si perayu berkata, "Bawalah kepadaku hati ibumu niscaya uang dan perhiasan menjadi milikmu."
Si bodoh beranjak dan menikam dada ibunya, hatinya dipotongnya, lalu bergegas ia kembali menuju perayunya.
Karena ketergesaannya dia terjatuh dan hati sang ibu ikut terjatuh. Hati ibu yg telah terpotong didengarnya berseru, "Hai anakku, kekasihku, adakah cedera yg menimpamu?"
Suara itu kendati lembut, bagaikan curahan murka terhadap sang anak.
Maka hati ibunya dipungut dan dibersihkannya, derai air matanya mengalir dengan derasnya. Sang anak berucap, "Hai hati, balaslah dendammu kepadaku, jangan ampuni aku, karena dosaku tak terampuni."
Pisau pun dihunusnya untuk membunuh dirinya, guna menjadi pelajaran bagi org yg sepertinya.
Tapi hati ibu yg telah terpotong menghentikannya dan berkata, "Nak, janganlah dua kali menyembelih hatiku."
Demikian dikisahkan Ustadz Muhammad Husein Al Habsyi dari Solo.
Advertisement