Cara Kaum Hawa Meriahkan Agustusan dengan Nail Art
Meski merayakan kemerdekaan di tengah pandemi Covid-19, antusias kaum hawa untuk memeriahkan kemerdekaan dengan hiasan kuku masih sangat tinggi. Salah satunya ialah membuat hiasan kuku atau nail art yang bertemakan kemerdekaan.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu owner nail art yang ada di salah satu pusat perbelanjaan yang letaknya ada di jantung Kota Surabaya. "Antusiasnya costumer bagus sih. Mereka nggak hanya minta dicat warna merah putih, tapi dipadukan dengan berbagai aksesori," ungkap Ellysa.
Banyak varian yang ditawarkan, ada yang dua dimensi, tiga dimensi, bahkan empat dimensi.
Penampilannya pun menarik. Bukan hanya bendera, melainkan juga gambar lomba-lomba khas bulan Agustus, seperti panjat pinang, makan kerupuk, balap karung, dan sebagainya.
"Untuk nail art gambar lomba-lomba kami lebih main ke 4D supaya out of the box. Ingin ngajak nostalgia lewat nail art bertema lomba-lomba kampung yang sekarang sudah jarang," imbuhnya.
Selain lomba-lomba, juga ada nail art bergambar figur pahlawan Indonesia.
Nail art bisa diaplikasikan langsung ke kuku asli atau kuku palsu. Untuk kuku yang asli, langkah pertama setelah proses pembersihan yakni mengoleskan base coat.
Hal ini agar kuku tidak mudah rusak dan nail art-nya bisa lebih tehan lama. "Kalau yang 4D bisa bikin ornamennya dulu, misalnya bikin bambu runcing. Buat dulu di pallet, kemudian dikeringkan menggunakan LED lamp. Setelah itu baru ditempel," papar Ellysa.
Untuk membuat satu kuku, bisa memakan waktu sampai 25 menit tergantung detail dan tingkat kerumitannya. Untuk nail art 4D bisa tahan hingga tiga minggu.
Menurut Ellysa, tidak ada perawatan khusus untuk nail art. Yang penting, kuku harus tetap sehat dengan cara dirawat.
Salah satu pengemar nail art, Christine Ayu mengungkapkan, tertarik menghias kukunya dengan warna-warna merah putih yang identik dengan kemerdekaan, karena ingin membawa semangat kemerdekaan dalam fashion-nya. "Tertarik karena lucu dan bagus juga kalau untuk fashion sehari-hari," kata Ayu biasa ia disapa.
Advertisement