Naftali Bennett, Ultranasionalis Yahudi Berbagi Kuasa Israel
Tamatlah riwayat kekuasaan Benjami Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel, selama 12 tahun. Kini, tampil Naftali Bennett sebagai Kepala Pemerintahan di Israel yang baru.
Naftali Bennett mempunyai jejak perjuangan cukup panjang. Dari seorang ultranasionalis Yahudi, perjuangan di partai Yamina hingga PM Israel.
Naftali Bennett merupakan tokoh yang dipercaya mengemban posisi sebagai menteri dalam pemerintahan Netanyahu.
Jejak dalam Kabinet Benjamin Netanyahu
Naftali Bennett dipercaya sebagai menteri dalam kabinet PM Netanyahu. Di antaranya sebagai:
- Menteri Ekonomi (2013-2015),
- Menteri Pelayanan Agama (2013-15),
- Menteri Urusan Diaspora (2013-2019),
- Menteri Pendidikan (2015-2019) serta
- Menteri Pertahanan (2019-2020).
Pemungutan Suara
Pemimpin Partai Yamina Naftali Bennett yang berhasil memenangkan pemungutan suara sebagai Perdana Menteri (PM) Israel baru, menyampaikan berbagai komitmennya di Knesset (Parlemen Israel).
Bennett berhasil menggulingkan Benyamin Netanyahu setelah 12 tahun berkuasa di Israel. Iran menjadi satu topik prioritas yang disampaikan Bennett pada pidato kemenangannya, Minggu 13 Juni 2021 malam waktu setempat.
“Memperbarui kesepakatan nuklir dengan Iran adalah kesalahan yang sekali lagi akan memberikan legitimasi, untuk salah satu rezim yang paling diskriminatif dan kejam di dunia. Israel tidak akan membiarkan Iran dilengkapi dengan senjata nuklir,” tegas Bennet.
Ultranasionalis Yahudi
Pemimpin partai ultranasionalis Yahudi yang berkoalisi dengan partai Yesh Atid pimpinan Yair Lapid itu, turut menyampaikan komitmennya agar Israel lebih merangkul negara-negara Arab di kawasan.
“Pemerintah Israel akan bekerja untuk membangun dan memperluas perjanjian damai dengan negara-negara Arab, untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, kewirausahaan dan budaya regional dan untuk memperdalam hubungan langsung antara masyarakat di wilayah tersebut,” ucapnya.
Meski menyatakan mendukung gencatan senjata setelah konflik 11 hari bersama Gaza, namun Bennet memastikan akan bertindak jika Hamas yang disebutnya kembali memilih jalan kekerasan terhadap warga sipil Israel.
Mempertahankan Gencatan Senjata
“Israel bukan pihak dalam perjanjian dan akan mempertahankan kebebasan penuh untuk bertindak. Saya berharap gencatan senjata di selatan dipertahankan. Tapi jika Hamas kembali memilih jalan kekerasan terhadap warga sipil Israel, itu akan menghadapi tembok besi,” ungkap Bennett.
Bennett mengapresiasi pengabdian Netanyahu yang menurutnya menguatkan keamanan politik dan ekonomi Israel.
“Terima kasih, Benjamin Netanyahu atas pengabdian Anda selama bertahun-tahun yang penuh dengan pencapaian demi negara Israel. Sebagai perdana menteri Anda bertindak selama bertahun-tahun, untuk menguatkan keamanan politik Israel, dan kekuatan ekonomi,” ucap pria yang dikenal sebagai miliarder Israel itu.
Berbagi Kuasa, Menggandeng Lawan Politik
Dalam pemerintahan koalisi, Bennet menggandeng Yair Lapid yang merupakan pemimpin Partai Yesh Atid.
Dalam koalisi itu, sesuai kesepakatan koalisi, Bennett menjadi PM Israel hingga 2023 dan kemudian digantikan oleh Lapid.
Koalisi Bennett dan Lapid juga diperkuat oleh Partai Arab Bersatu yang pro-Palestina.
Saat ini Lapid diberi kepercayaan oleh Bennett menjadi Menteri Luar Negeri Israel.
Kekejaman terhadap Orang Arab
Sejumlah pihak menilai kepemimpinan Bennett tak akan membantu mencerahkan prospek perdamaian Israel-Palestina.
Warga Palestina bahkan menganggap kepemimpinan Bennett sebagai pukulan yang semakin menjauhkan mereka dari harapan perdamaian dengan Israel dan kemerdekaan.
Dikutip Reuters, Bennett bahkan pernah mengatakan bahwa pembentukan negara Palestina merupakan tindakan bunuh diri bagi Israel. Ia beralasan hal itu terkait faktor keamanan warga Israel.
Pada 2013, Bennett juga pernah berpidato dan menyebutkan "warga Palestina yang merupakan teroris" harus dibunuh daripada dibebaskan.
"Saya telah membunuh banyak orang Arab di hidup saya, dan itu tidak masalah," kata Bennett, mantan Komando Israel, beberapa waktu lalu.
Advertisement