Naftali Bennett Calon Pengganti PM Netanyahu, Malah Lebih Kejam
Satu langkah lagi PM Israel Benyamin Netanyahu akan terguling. Tinggal menunggu sidang di Knesset, parlemen Israel. Jika parlemen setuju melakukan mosi tidak percaya kepada pemerintah, maka Netanyahu bakal terdepak.
Naftali Bennett, 49 tahun, pemimpin partai Yamina, adalah calon perdana menteri yang baru, setelah partainya berkoalisi dengan partai Yesh Atid yang dipimpin Yair Lapid.
Tetapi menurut para pemimpin Palestina, kalau Naftali Bennett jadi perdana menteri, maka rakyat Palestina akan lebih menderita karena dia dinilai lebih kejam dibanding Netanyahu.
Bennett dikenal karena mengadopsi sikap religius dan nasionalis, juga terkenal karena pandangannya yang anti-Palestina. Dia memasuki dunia politik pada 2005 sebagai wakil Benjamin Netanyahu, dan kini akan menendang Netanyahu yang telah berkuasa selama 12 tahun.
“Saya telah membunuh banyak orang Arab dalam hidup saya dan tidak ada masalah dengan itu,” kata Bennet, yang juga mantan komandan militer Israel, seperti dikutip Anadolu Agency hari Sabtu.
Pemimpin Partai Yamina itu menjadi jutawan berkat perusahaan teknologi yang dia bangun dari nol dan selalu menarik pemilih sayap kanan di Israel selama karir politiknya. Dia juga telah memegang banyak posisi di bidang politik, termasuk peran menteri di kementerian ekonomi dan pendidikan.
Bennett berpendapat bahwa Israel harus mencaplok bagian dari wilayah Palestina yang diduduki di Tepi Barat. Maka apabila dia menjadi perdana menteri, pencaplokan-pencaplokan terhadap tanah milik rakyat Palestina akan lebih gencar dilakukan.
Menurut kesepakatan dua partai oposisi yaitu Yamina dan Yesh Atid, Bennett, yang partainya punya tujuh anggota di parlemen, akan mengambil alih jabatan perdana menteri untuk dua tahun pertama, sedangkan Yair Lapid akan mengambil alih peran itu kemudian.
Tapi banyak pengamat pesimis terhadap bergabungnya kedua partai ini dalam koalisi besar yang terdiri dari 8 partai yang terdiri dari berbagai segmen termasuk partai kanan, kiri, tengah dan Islamis yang mewakili warga Palestina berkebangsaan Israel . Para pengamat memprediksi koalisi ini tidak akan panjang usia.
Orang tua Bennett lahir di Amerika Serikat dan retorika agresifnya terhadap Palestina selalu menjadi berita utama selama karir politiknya. Dia terpilih sebagai ketua Partai Yamina, sebelumnya Partai Rumah Yahudi, pada 2012.
Pada 2013, dia melontarkan pernyataan kontroversial yang mengatakan teroris Palestina harus dibunuh, bukannya dibebaskan.
Dia juga mengklaim bahwa Tepi Barat tidak berada di bawah pendudukan dan tidak ada yang namanya negara Palestina.
Dia mengganti nama Rumah Yahudi menjadi Yamina pada 2018 dan mengambil bagian dalam koalisi yang dipimpin oleh Netanyahu. Partainya mengamankan tujuh kursi dalam pemilihan umum 23 Maret. (dolu)