Nabi yang 'Leyeh-leyeh' di Masjid, Renungan Gus Ulil
Masih dalam suasana Maulid Nabi, tausiyah para juru dakwah terfokus pada perjuangan Nabi Muhammad SAW. Selain itu, juga masa kelahiran dan masa-masa berdakwah mulai dari Makkah ke Madinah.
Ada catatan khusus ditulis K.H. Ulil Abshar Abdalla, Lc, MA, PhD, Intelektual Muslim, tentang hal-hal sederhana pada Rasulullah SAW. Berikut lengkapnya:
Pemandangan berikut ini tentu sering kita jumpai di banyak masjid: di antara dua waktu salat, mungkin sambil menunggu salat berikutnya, kita sering melihat orang-orang duduk-duduk, leyeh-leyeh, atau bahkan tidur terlentang sambil selonjoran, kaki yang satu di atas yang lain.
Pemandangan ini bukan saja kita jumpai di kampung, tetapi juga di masjid-masjid yang berada di gedung-gedung perkantoran di kawasan Jakarta. Saya biasa melihat pegawai kantor (terutama office boy) yang melakukan kebiasaan ini. Yang menarik, banyak yang selonjoran seperti ini sambil bermain gadget: mungkin ngecek status-status yabg seru di fb, atau menunggu "twit-war" di twitter.
Apakah kebiasaan "leyeh-leyeh" seperti ini hanya terjadi sekarang saja, atau sudah ada sejak zaman awal Islam? Apakah ini fenomena modern, atau sudah ada sejak dahulu kala?
Dalam al-Muwatta', kitab kumpulan hadis terkenal yang dikarang oleh Imam Malik ibn Anas (w. 179 AH/795 AD), kita jumpai suatu kisah menarik yang diriwayatkan oleh seorang sahabat bernama Abdullah ibn Zaid ibn 'Ashim (paman dari seorang sahabat lain bernama: 'Abbad ibn Tamim). Dalam kisah ini disebutkan, Abdullah ibn Zaid pernah melihat Nabi terlentang (mustalqin), leyeh-leyeh di dalam masjid, sambil selonjoran, kaki yang satu di atas yang lain.
Sementara itu, Sai'd ibn al-Musayyib (w. 94 AH/715 AD), seorang tabi'in terkemuka yang dikenal dengan "jejuluk" (sebutan) "sayyid al-tabi'in" (kepala dari para tabi'in - - yaitu generasi yang datang setelah sahabat Nabi), juga mengisahkan bahwa kebiasaan "leyeh-leyeh" ini bukan dilakukan oleh Nabi saja, melainkan juga oleh dua sahabat terkemuka yang lain: yaitu Umar dan Usman.
Kisah ini bisa Anda lihat dalam kitab al-Muwatta', pada hadis no. 87, dalam edisi Muhammad Fu'ad 'Abdul Baqi.
Imam Bukhari (w. 256 AH/870 AD), seorang imam besar yang dikenal melalui karyanya yang agung "Sahih al-Bukhari" itu, bahkan membuat bab tersendiri dalam kitabnya itu dengan judul seperti ini: "Bab tentang bolehnya leyeh-leyeh sambil selonjoran dan meletakkan satu kaki di atas yang lain (باب فى إباحة الاستلقاء ووضع إحدى الرجلين على الأخرى).
Dengan kata lain, leyeh-leyeh di masjid itu bukan barang baru, tetapi sudah ada sejak zaman Nabi. Bahkan Nabi sendiri dan para sahabat melakukannya. Jadi, kalau Anda melihat karyawan mall atau kantoran sedang leyeh-leyeh di masjid, jangan langsung disungut-sunguti. Jangan-jangan dia sedang ingin meniru sunnah Nabi.
Selamat bekerja, Kawan-kawan!
*) Dipetik dari akun facebooknya, Kamis 5 Desember 2019.