Nabi Muhammad Dibenci dan Dimusuhi, Ternyata Ini Sebabnya!
Setiap Muslim meyakini bahwa Nabi Muhammad shalallahu ’alaihi wassalam merupakan sosok manusia paling sempurna.
Karena akhlaknya, Nabi shalallahu ’alaihi wassalam dicintai dan dihormati segenap kalangan.
Kemuliaan kepribadian Nabi shalallahu ’alaihi wassalam bukan baru hadir setelah beliau diangkat Allah menjadi Nabi. Bahkan sejak masa jahiliyah, masyarakat musyrik Quraisy Mekkah menjuluki beliau dengan ”Al-Amin” (laki-laki terpercaya).
Hal ini diabadikan di dalam firman Allah:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
’Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS Al-Qolam ayat 4)
Namun siapapun yang mengenal sejarah hidup Nabi Muhammad shalallahu ’alaihi wassalam pasti tahu bahwa dalam hidupnya beliau juga memiliki musuh, Dan tidak sedikit di antaranya yang sedemikian bencinya kepada Nabi shalallahu ’alaihi wassalam sehingga berniat membunuhnya.
Sehingga muncullah suatu pertanyaan di dalam benak fikiran kita...!!!
Jika akhlak Nabi shalallahu ’alaihi wassalam diakui sedemikian mulia, lalu mengapa beliau masih mempunyai musuh...?
Permusuhan dan Keimanan
Mengapa masih ada manusia yang berniat membunuhnya? Padahal semua orang sepakat bahwa akhlak beliau sedemikian mengagumkan?
Hal ini menggambarkan kepada kita bahwa sesungguhnya ada hal lain yang jauh lebih utama daripada perkara akhlak, yang dengan hal itu menyebabkan manusia memusuhi Nabi Muhammad shalallahu ’alaihi wassalam.
Hal tersebut itu adalah ”Al-Akidah” atau keimanan.
Siapapun orang yang memusuhi Nabi Muhammad shalallahu ’alaihi wassalam pastilah orang yang tidak suka dengan ajaran aqidah atau keimanan yang dibawakannya.
Mereka tidaklah memungkiri kemuliaan akhlak Nabi shalallahu ’alaihi wassalam, namun mereka sangat tidak suka dengan ajaran aqidah Tauhid yang dibawakannya.
Sebab menurut mereka, ajaran Tauhid mengancam eksistensi ajaran mereka.
Ajaran mereka adalah kemusyrikan, menyuarakan eksistensi banyak ilah (tuhan), sedangkan ajaran akidah Tauhid menegaskan bahwa hanya ada satu ilah di muka bumi yaitu Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Konsekuensi seseorang yang berikrar syahadat Tauhid seharusnya mengingkari eksistensi berbagai ilah dan hanya menerima dan mengakui Satu illah saja yaitu Allah Subhanahu wata'ala.
Dalam catatan Sirah Nabawiyyah (sejarah perjuangan Nabi shalallahu ’alaihi wassalam) kita menemukan bagaimana paman Nabi, yakni Abu Thalib, diminta oleh para pemuka Musyrik Quraisy untuk melobi Nabi shalallahu ’alaihi wassalam agar mau menghentikan seruan da’wah Tauhid-nya dengan imbalan apapun yang diinginkan Nabi shalallahu ’alaihi wassalam.
Tetapi apa jawaban Nabi shalallahu ’alaihi wassallam terhadap permintaan mereka?
”Demi Allah, hai Pamanku...! Jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, dengan maksud agar aku meninggalkan urusan ini, maka saya tidak akan melakukannya, sampai Allah memenangkannya atau aku hancur dalam melaksanankannya...!”
Pada dasarnya seruan Tauhid inilah seruan abadi para Nabi dan Rasul utusan Allah.
Umat manusia sepanjang zaman didatangi oleh para Nabi dan Rasul secara bergantian dengan membawa misi mengajak manusia agar menghamba semata kepada Allah dan menjauhi tindakan yang cenderung pada kekufuran.
Allah Ta'Ala Berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu".
(QS An-Nahl: 36)
ِّفَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Barang siapa ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui
(Qs.Al-Baqarah :256)
Sebelum para Nabi dan Rasul mengajarkan apapun, mereka senantiasa mendahulukan pengajaran akan hakikat fundamental pengesaan Allah Subhanahu wata'ala
Tiada gunanya segenap amal-sholeh dan amal-ibadah diajarkan kepada manusia jika tidak dilandasi sebuah pemahaman sekaligus keyakinan mendasar akan keesaan Allah Subhanahu wata'ala
Bahkan Al-Qur’an menggambarkan bahwa hakikat kebencian kaum kafir hingga tega menyiksa sesama manusia lainnya ialah dikarenakan manusia lain itu memiliki keimanan akan keesaan Allah semata.
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
”Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu'min itu melainkan karena orang-orang mu'min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.”
(QS Al-Buruuj:8-9)
Inilah hakikat permusuhan dan konfrontasi di dunia. Permusuhan yang sesungguhnya, sebagaimana dikisahkan dalam Tarikh Islsm dan Sirah Nabawiyah.
Demikian semoga bermanfaat.
Advertisement