Nabi Muhammad dalam Pandangan Historis dan Imajinatif
Gambaran tentang figur Nabi Muhammad SAW selalu menjadi bahan renungan dalam peringatan Maulid. Berikut Prof Dr Muhammad Machasin, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta menyampaikan renungannya:
Sebenarnya sangat sulit mendapatkan data yang terpercaya tentang peri kehidupan Nabi Muhammad, terutama masa kecilnya. Yang terdapat dalam buku-buku Sīrah atau riwayat hidup beliau mengandung banyak hal yang memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai keterpercayaannya.
Akan tetapi, di dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat menggambarkan kehidupan beliau. Misalnya, ayat memerintah beliau untuk menyatakan bahwa dirinya adalah manusia seperti manusia pada umumnya (QS: 18/al-Kahf: 110 dan QS: 41/Fuṣṣilat: 6); bahwa beliau mungkin akan bunuh diri karena orang tidak mau percaya kepadanya (QS: 18/al-Kahf: 6 dan QS: 26/al-Syu‘arā’: 3); bahwa beliau terlibat percekcokan sengit dengan beberapa isterinya (QS: 66/al-Taḥrīm: 1-5); dan bahwa beliau lebih mementingkan para pemuka masyarakat sehingga melalaikan orang yang papa (QS: 80/’Abasa: 1-10).
Juga ketika beliau dan para Sahabat terkepung musuh sehingga hati berharap-harap cemas karena pertolongan Allah tidak segera datang (QS: 2/al-Baqarah: 214).
Ini menunjukkan bahwa Muhammad adalah manusia historis yang mesti berjuang dengan kekuatan yang ada dalam dirinya untuk mencapai kemenangan risalah yang diembannya, bukan manusia super dengan mukjizat yang mencapai tujuannya dengan kekuatan di atas kekuatan manusia.
Di sisi lain terdapat gambaran yang melihat Muhammad sebagai manusia yang penuh dengan kemukjizatan. Misalnya dikatakan bahwa ketika lahir beliau langsung sujud; kelahirannya menggoncangkan singgasana kaisar Persia dan mematikan api persembahan kaum Majusia; bahwa sewaktu di dalam asuhan Halimah di kampung Bani Sa‘d dadanya dibedah oleh malaikat Jibril dsb.
Bait-bait berikut ini sering kami lantunkan dulu menjelang salat berjama’ah di langgar kampung kami:
لَمْ يَحْتَلِمْ قَطُّ طٰـهَ مُطْـلَقًا أَبَدًا # وَمَا تَثـَائَبَ أَصْـلاً فِىْ مَدَى الزَّمَنِ
Sang Ṭāhā (yakni Muhammad saw.) tidak pernah mimpi basah sama sekali; dan tak pernah menguap sepanjang masa.
مِنْهُ الدَّوَابُ فَـلَمْ تَهْرَبْ وَمَـا وَقَعَتْ # ذُبَابَةٌ أَبَـدًا فِى جِسْمِـهِ الْحَسَنِ
Binatang-binatang tak melarikan diri dari beliau dan lalat tak hinggap di tubuh beliau indah.
بِخَلْـفِهِ كَأَمَـامٍ رُؤْيَةٌ ثَـــبَتَتْ # وَلَا يُرٰى أَثْـرُ بَوْلٍ مِـنْهُ فِيْ عَلَنِ
Beliau melihat sesuatu yang ada di belakangnya sebagaimana yang ada di hadapannya; tak pernah terlihat bekas air kencingnya di tempat yang kelihatan.
وَقَلْبُهُ لَمْ يَنَـمْ وَالْعَيْنُ قَدْ نَعَسَتْ # وَلَايَرٰى ظِـلَّهُ فِى الشَّمْسِ ذُوْ فَـطِنِ
Hati beliau tidak pernah tidur, walaupun mata beliau mengantuk; tak ada yang lihat bayangan beliau di terik sinar matahari.
كَـتْفَاهُ قَدْ عَلَـتَا قَوْمًا إِذَا جَلَسُوْا # عِنْـدَ الْوِلَادَةِ صِـفْ يَا ذَا بِمُخْتَتَنِ
Dua pundak beliau lebih tinggi dari pundak orang-orang yang duduk bersama beliau; begitu lahir beliau telah terkhitan (tanpa dikhitan orang)
هَذِي الْخَصَائِصَ فَاحْفَظْهَا تَكُنْ أٰمِنًا # مِنْ شَرِّ نَـارٍ وَسُرَّاقٍ وَمِـنْ مِحَنِ
Hafalkan sifat-sifat khusus ini; niscaya kau akan selamat dari jahatnya api neraka, pencurian dan cobaan hidup.
Gambaran yang pertama untuk nalar dan percontohan; gambaran kedua untuk rasa dan pengagungan. Yang satu sejarah, yang satu sastra.
Sudah, begitu saja.