Nabi Ismail dan Toleransi
Perayaan Idul Kurban (12 Dzulhijjah) masih hangat, setelah berlalunya hari-hari tasyrik (11,12,13 Dzulhijjah). Hari tasyrik hari ketika daging-daging hewan korban melimpah, sehingga pada hari tersebut umat Islam diharamkan berpuasa.
KH As'ad Said Ali menyampaikan renungan terkait "Idul Kurban, Nabi Ismail dan Toleransi" sebagai cara pandang sejarah dari peristiwa keagamaan yang berpuncak pada pelaksanaan Rukun Islam kelima: ibadah Haji. Berikut catatan tersebut (Redaksi):
Pada Idul Kurban ada baiknya kita mengenang Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim alaihissala (AS). Saya akan melihatnya terutama dari aspek peradaban atau kebudayaan, karena aspek ibadahnya sudah sering kita dengar dari para ulama. Nabi Ismail AS adalah salah satu putera Nabi Ibrahim AS dari rahim Siti Hajar.
Sedang putera lainnya adalah Nabi Ishak AS yang lahir dari rahim Siti Sarah. Nabi Ishak AS berputera Nabi Ya’qub alias Israel yang kemudian menurunkan 12 kabilah yang melahirkan bani Israel. Mereka kemudian mendirikan kerajaan Yudea dan ma’bad pertama atau tempat suci dibangun pada era Nabi Sulaiman dan ma’bad kedua pada era Nabi Daud AS pada abad ke-8 SM di tempat yang sama di bukit (tur) Murya.
Ma’bad atau tempat suci tersebut dihancurkan oleh kerajaan Asyria. Setelah dibangun kembali oleh Nabi Daud AS kembali dihancurkan secara berturut-turut oleh kerajaan Babilonia Lama dan Babilonia baru. Terakhir Yerusalem beserta tempat sucinya dihancurkan oleh Kaisar Romawi, Titus pada tahun 70 M dan untuk kali keduanya bangsa Yahudi atau Israel bediaspora ke seluruh dunia. Dan bangsa Yahudi mulai kembali ke tanah Yudea pada 1917 karena diusir dari berbagai negara tempat mereka berada terutama kekejaman Nazi Jerman.
Bekas Reruntuhan
Di bekas reruntuhan ma’bad Yahudi itulah Sayidina Umar bin Khattab RA membangunnya kembali pada 641 M setelah merebutnya dari Kaisar Romawi. Kemudian pembangunan tempat suci tersebut dilanjutkan oleh Khilafah Umayah dan Dinasti Abasiah.
Seluruh bangunan tersebut disebut masjid Al-Aqsha yang terdiri dari dua bagian, sebelah utara terkenal sebagai dom of rock ( قبة صخرة ), sedang bagian selatan dikenal dengan masjid Al Aqsha.
Pada waktu perang Salib, tentara Salib dari Eropa merubah dom of rock menjadi gereja. Setelah Salahudin Al Ayubi mengusir tentara Salib, bangunan dikembalikan ke fungsi semula sebagai masjid. Namun bagian barat diluar masjid tempat suci berupa gereja Penyaliban diserahkan kepada komunitas Nasrani Arab. Dinding Barat dari Al-Aqsha atau dikenal dinding ratapan digunakan sebagai tempat suci umat Yahudi sampai saat ini.
Berbeda dengan keturunan Nabi Ishak AS yang membangun kerajaan , keturunan nabi Ismail melahirkan agama Islam dan peradaban. Dalam perkawinan Nabi Ismail dengan Rala (Ri’la ) binti Mudadh dikarunai 12 anak yaitu Nabath, Qaidar, Adbail, Mibsyam, Mishma, Duma, Misya, Hadad, Taima, Yathur, Nafis dan Qoiduman.
Dari keturunan anak pertama Nabath lahir generasi yang mengukir sejarah di wilayah Trans Yordania dan Levant (pantai Mediterania) dan semenanjung Arab. Lahirlah dinasti Nabasia (168 SM) dengan ibu kota Petra atau Khajar (batu) di Yordania Selatan. Selain Petra, peninggalan peradaban Nabasia lainnya terletak di Arab Saudi bagian utara atau Madain Saleh di propinsi Tabuk yang terletak di perbatasan utara Arab Saudi dengan Yordania. Sekarang ini Madain Saleh sekitar 400 km sebelah utara Madinah menjadi destinasi turisme yang menarik.
Keistimewaan peradaban Nabasia adalah bangunan tersusun dari batu gunung yang diukir menjadi istana, tempat suci, rumah tinggal dan gedung pertunjukan drama dan opera. Sedangkan saluran air di seluruh kota dipahat dari tebing-tebing batu gunung seperti layaknya seperti jaringan pipa air dari batu yang melilit gunung batu. Suatu peradaban yang maju pada zamannya.Dari sisa tempat suci yang masih tersisa terdapat batu hitam (Hajar Aswad ) tempat penyembelihan korban untuk kepentingan ibadah.
Sesembahan mereka disebut Dushara dan tidak diwujudkan dalam bentuk patung. Hanya ada coretan didinding yang menggambarkan wajah abstrak Dushara didampingi oleh dua sosok yang lain semacam pengiring. Menurut petugas yang menjaga tempat suci tersebut, Tuhan dalam peradaban Nabasia adalah Monotheisme.
Dalam Al-Quran kedua daerah atau peradaban itu disebut sebagai tempat tinggal Kaum Ad dan Tsamut, umat Nabi Saleh AS dan Nabi Su’aib AS. Keduanya kaum tersebut dianggap menyekutukan Tuhan, sehingga dihukum. Kaum yang mendiami Madain Saleh dibinasakan dengan gempa bumi dahsyat, sedangkan kaum yang mendiami Khajar atau Petra (batu) dibinasakan dengan suara gelegar halilintar yang memekakkan telinga.
Berdasarkan informasi dari Al-Quran dan melihat peninggalan bangunan di Petra dan Madain Salih, keduanya hancur dengan cara yang berbeda. Madain Saleh sejumlah bangunan porak-poranda karena gempa bumi, sedangkan Petra relatif utuh kecuali sebagian hancur karena dimakan cuaca ekstrem panas dan dingin yang silih berganti sesuai dengan iklim sub-tropis.Jelas hancur bukan karena gempa, tetapi bencana alam lain seperti yang digambarkan dalam Al-Quran, semacam suara halilintar yang memekakkan telinga dan sejenisnya yang sulit dikatakan.
Menarik, putera kedua Nabi Ismail, Qaidar melalui jalur Adnan, bangkit di Makkah dan pada keturunan ke-21 lahir Rasul dan Nabi Muhammad SAW pendiri dan pembangun peradaban Islam yang besar. Berdasarkan uraian ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Islam diturunkan untuk meluruskan monotheisme yang disebarluaskan sejak Nabi Ibrahim AS tetapi kemudian terjadi penyimpangan.
Disamping itu ketiga agama samawi diturunkan dari satu Bapak yaitu Nabi Ibrahim AS. Realitas ini bisa menjadi tonggak untuk membangun toleransi beragama dengan asumsi agama adalah “hidayah“. Bahkan dari kajian etimologis ada yang mengkaitkan sesembahan Brahma, dewa umat Hindu dengan nama Ibrahim. wallahu a’lam.
Dan satu hal lagi, soal penyembelihan Nabi Ismail AS yang ditukar pada saat akhir dengan domba oleh Allah SWT yang kita yakini selama ini. Apakah hal itu merupakan pesan dari Allah SWT agar kita membuang “nafsu binatang” yang ada pada diri manusia?.
Selamat Idul Qurban, Maaf lahir dan batin.
KH DR As'ad Said Ali
Pengamat Sosial-Politik, Wakil Ketua Badan Intelijen Negara tahun 2001, Mustasyar PBNU periode 2022-2027.