Muzani: Tsunami Aceh Memberi Inspirasi Menghadapi Bencana
Tujuh belas tahun yang lalu, tepatnya tanggal 26 Desember 2004 bencana besar tsunami memporak porandakan Aceh. PMI Internasional, mencatat gelombang tsunami yang setinggi 30 meter menewaskan lebih dari 224 ribu jiwa di sembilan negara terdampak. Ratusan ribu bangunan bangunan rata dengan tanah.
Ketika tsunami terjadi 17 tahun yang lalu dunia terasa gelap, masa depan menjadi suram, dan musibah terasa amat berat. Tapi, rakyat Aceh dengan keyakinan keimanannya dan ajaran yang diajarkan para ulama bahwa semua itu terjadi karena Allah, qada dan qodar-Nya yang menyebabkan musibah ini terjadi perlahan mereka kembali bangkit menapaki kehidupan sampai akhirnya Aceh berhasil melewati 17 tahun musibah tersebut seperti sekarang ini.
Kesabaran dan keuletan rakyat Aceh menyebabkan berbagai macam sarana dan prasarana infrastruktur begitu maju. Padahal, sebelum tsunama melanda kemajuan itu terasa jauh. Inilah yang menjadi pelajaran penting bagaimana menghadapi musibah bahwa kekuatan dan kesabaran bisa menjadi energi positif bagi kebangkitan kembali setelah terpuruk karena musibah.
Tragedi tsunami yang memilukan itu Minggu 26 Desember 2021, diperingati oleh Pemerintah Provinsi Aceh. Acara ini dihadiriGubernur Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda, Kajati, para ulama, dan tokoh-tokoh Aceh serta Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani
Muzani mengatakan Tsunami Aceh telah menyebabkan anak-anak menjadi yatim piatu, orang tua kehilangan anak, anak kehilangan orang tua, bahkan banyak keluarga yang habis. Sekolah, kantor pemerintah, masjid, pasar, rumah, dan sarana lainnya telah rata oleh tusnami. Masa depan terasa gelap, dunia sepertinya mau kiamat, tapi setitik optimis menjadi harapan. Inilah yang kemudian menjadi titik kebangkitan rakyat Aceh.
Tsunami Aceh membawa hikmah dan pelajaran yang besar. Konflik yang berkepanjangan di Aceh menyebabkan mereka bersatu dalam kesadaran membangun Aceh secara bersama-sama dalam bingkai NKRI.
"Komitmen rakyat Aceh kepada bangsa dan negara tidak pernah diragukan. Di masa penjajahan, mereka mengilhami perlawaman terhadap penjajah dengan kekuatan rakyat dan militansinya menyebabkan perang Aceh sebagai perang yang berkepanjangan tanpa henti. Inilah yang menginspirasi perlawanan kepada penjajah di belahan nusantara lainnya,° kata Muzani.
Pada awal kemerdekaan, pemimpin-pemimpin Aceh seperti Tengku Muhammad Hasan memberi komitmen kepada Bung Karno bahwa Aceh adalah bagian dari NKRI. Ketika Republik ini memerlukan pergerakan, rakyat Aceh iuran dari berbagai macam profesi maka terbelilah pesawat selawah yang kemudian menjadi cikal bakal bagi penerbangan nasional.
Ketika Bung Karno akan membangunan Monumen Nasional (Monas) para saudagar Aceh menyumbangkan 27 kilogram emas untuk ditempatkan di pucuk Monas Jakarta. Semuanya ini menjadi bentuk dan bukti rakyat Aceh kecintaannya pada Republik Indonesia.
"Itu sebabnya kami merasa yakin bahwa apa yang dilakukan oleh masyarakat Aceh, Gubernur, DPRD, para ulama, tokoh adat, dan komponen masyarakat Aceh lainnya merupakan bagian dari kecintaannya pada Indonesia. Dan ini merupakan usaha bersama-sama untuk memajukan Aceh sebagaimana provinsi-provinsi lainnya," ujar Muzani yang juga Sekjen Gerindra itu.
Menurut Muzani, sebagai bukti bahwa Aceh adalah bagian dari Merah Putih ketika terjadi tsunami, duka Aceh adalah duka Indonesia. Dan seluruh komponen masyarakat dengan kemampuan yang dimiliki bahu-membahu membantu dalam menangani musibah tsunami itu.
"Aceh kini telah pulih dari musibah yang tercatat sebagai bencana terbesar di dunia. Bahkan di Aceh keamanan pun telah pulih, situasinya sudah kondusif, ekonomi bergeliat, dan rakyat makin optimis menatap masa depannya," tutur Muzani.
Dalam acara itu Muzani didampingi oleh anggota MPR/DPR dari provinsi Aceh, TA Khalid dan Fadlullah, serta Ketua Fraksi MPR Gerindra Sugiono dan anggota MPR Prasetyo Hadi.