Mutual Trust Sebagai Energi Pembangunan
Oleh: Fathorrahman Fadli
Finlandia sebagai negara sering dijadikan model rujukan ketika orang hendak berencana membangun pendidikan. Jika dilihat dari karakteristik negara, Finlandia ini merupakan negeri yang tidak besar. Negeri itu memiliki resmi Republik Finlandia.
Ia tergolong sebagai negara Nordik yang terletak di Eropa Utara, serta anggota dari Uni Eropa. Secara fisik Finlandia memiliki perbatasan darat dengan Swedia di barat, Norwegia di utara, dan Rusia di timur sedangkan batas lautnya adalah Laut Baltik di barat daya, Teluk Finlandia di selatan, dan Teluk Bothnia di barat.
Luas wilayahnya pun cuma 338,424 km2. Artinya ini negara masih kalah luas dari luas wilayah Sumatera sebesar 473.481 km². Jika pemimpin Indonesia tidak bekerja untuk Indonesia dan rakyat Indonesia, Sumatera sejatinya potensial menjadi negara sebagaimana Finlandia yang adil dan makmur itu.
Finlandia itu negeri yang warga dan pemimpinnya berfikir futuristik. Mengapa demikian? Karena mereka ingin negaranya itu menjadi tempat bermukim yang nyaman bagi warganya sendiri maupun bagi para turis mancanegara yang datang ke negeri skandinavia itu.
Apa ciri negeri idaman warga dunia itu. Ada beberapa ciri yang menonjol daripadanya. Pertama, Finlandia itu orang Finlandia itu mencintai kedamaian. Anda mungkin masih ingat dengan kota Helsinki, bukan? Itulah ibukota negara yang pernah membuat Aceh kembali kepangkuan NKRI. Di kota itulah perundingan Aceh dilakukan, dan hasilnya pun seperti yang kita nikmati saat ini. Aceh pun damai.
Hidup damai bagi Finlandian adalah pilihan utama yang memudahkan mereka meraih bahagia. Diantara mereka terjadi percakapan yang ceria. Hal itu terjadi karena mereka hidup dengan rasa saling percaya (mutual trust). Dan, itu pula rupanya kunci kesuksesan mereka membangun negerinya. Anies Baswedan misalnya, secara samar melihat Finlandia itu sebagai benchmark. Ia berusaha membangun Jakarta dengan motto, Maju Kotanya, Bahagia Warganya.
Kedua, Finladia sengaja memberikan perhatian penuh pada masa depan generasi baru. Langkah kongkretnya adalah memberikan pelayanan yang penuh cinta dan dedikasi yang tinggi terhadap perempuan, terutama perempuan hamil.
Mengapa? Karena perempuan hamil itu adalah sumber dari warga negara yang akan hidup di masa depan. Merekalah penerus dan pemilik masa depan itu. Oleh karena itu, negara memberikan perhatian penuh pada wanita sejak mereka hamil hingga melahirkan. Dimata negara wanita hamil harus bahagia dan sehat. Anda bisa bayangkan seperti apa anak yang lahir jika ibunya tidak bahagia dan tidak sehat, bukan?
Ketiga, Finlandia mampu membangun tradisi kebebasan sipil yang baik. Tradisi ini terbangun karena lingkungannya tercipta rasa saling percaya diantara warganya. Mereka percaya bahwa warganya itu akan melakukan hal hal terbaik bagi kepentingan bersama mereka.
Oleh karena itu, maka kebebasan sebagai modal utama pendorong kreatifitas mereka berikan kepada para warganya. Hanya kreatifitas yang bisa menciptakan kemajuan. Hal ini kebalikan di Indonesia dimana negara kerapkali mencurigai rakyatnya, sebagai teroris, fundamentalis, ekstrimis, dan penciptaan cap-cap buruk lainnya. Akibatnya, karena rakyat tersudut, tertuduh, maka mereka tentulah akan melawan. Seperti hukum aksi reaksi pada eksperimen Newton III yang masyhur itu.
Keempat, Finlandia dikenal sebagai negara dengan tingkat perhatian yang tinggi dalam soal pendidikan. Pendidikan. mereka bangun dengan sangat serius dan menjadikan pelajaran jujur pada diri sendiri dan lingkungannya adalah target utama pendidikan mereka. Dengan kejujuran mereka mampu membangun karakter dan talenta yang baik yang berguna bagi masa depan mereka. Ini berkebalikan dengan yang terjadi dinegeri kode +62 Indonesia ini.
Keburukan dalam pengelolaan pendidikan akibat ketidakjujuran yang muncul disetiap jenjang pendidikan adalah wajah yang buruk bagi masa depan kita sebagai bangsa. Oleh karena itu dalam soal kejujuran ini kita harus belajar penuh pada Finlandia.
Kelima, Finlandia berhasil memilih pemimpin cerdas dan jujur. Misalnya pada saat mereka menggelar Pemilu Legislatif pada Minggu 14 April 2019 tempo lalu. Apa yang perlu diperdebatkan di Pemilu oleh orang-orang bahagia ini?
Sebagaimana dilansir kantor berita AFP, debat-debat mereka hanya disekitar kebijakan pemotongan anggaran untuk kebahagiaan warganya. Artinya tidak.ada perdebatan yang krusial yang membuat heboh para penonton debat. Beda bukan dengan di negeri kita ini, dimana perdebatan itu sering berakhir dengan bentrokan antar kandidat.
Inilah gambaran negeri beradab mengelola negaranya dengan kejujuran dan bukan dengan tipu daya yang menjauhkan warganya dari rasa bahagia.
Advertisement