Muslim Berdarah Afghanistan, Sulaiman Toghral Jadi Diplomat AS
“Saya berasal dari Afghanistan, saya lahir di Kabul dan keluarga saya pindah ke Amerika ketika saya masih muda saya berumur 10 tahun saat itu, sekarang saya 31 tahun". Demikian pengakuan Sulaiman Toghral.
Memang, Amerika Serikat (AS) selalu menarik perhatian, khususnya soal kemajemukan di masyarakatnya. Banyak peran dimainkan para pejabat dari keberagaman kehidupan masyarakatnya dengan berbagai latar belakang berbeda. Termasuk bagi mereka yang merupakan warga Muslim yang merupakan kelompok minoritas di negeri Paman Sam itu.
Tak sedikit berbagai keberhasilan yang dicapai warga keturunan Muslim untuk berkontribusi bagi pembangunan di Amerika Serikat. Seperti Sulaiman Toghral, merupakan seorang diplomat Muslim AS keturunan Afghanistan yang saat ini bertugas sebagai pejabat konsuler di Kedubes AS di Jakarta.
Diplomat Muda dari AS
Diplomat muda yang akbrab dipanggil Suli itu menuturkan, sekitar 20 tahun lalu kedua orangtuanya memutuskan untuk pindah ke AS dan menjadi imigran.
“Saya berasal dari Afghanistan, saya lahir di Kabul dan keluarga saya pindah ke Amerika ketika saya masih muda saya berumur 10 tahun saat itu, sekarang saya 31 tahun,” ujar Sulaiman, seperti dilansir rri.co.id, Kamis 6 Mei 2021.
Menurut Sulaiman, dirinya tidak menemukan kesulitan untuk menjalankan kehidupan sebagai seorang pemuda muslim, di lingkungan yang beragam latarbelakang seperti di Negara Bagian Virgina dimana ia dibesarkan.
“Kehidupan muslim di Virginia itu baik, di Amerika itu baik. Menurut saya, orang muslim salah satu kelompok minoritas yang tumbuh cepat di Amerika. Amerika Serikat dan Indonesia memiliki banyak kesamaan mengenai dalam menghormati toleransi dan dan perbedaan agama,” ujarnya.
Sulaiman bercerita sebagai seorang diplomat yang kerap bertugas ke luar negeri, namun pengalaman yang diterimanya sempat beberapa kali dianggap bukan merupakan Warga Negara AS ataupun diplomat.
“Setiap waktu saya bicara dengan orang lain, mereka tidak mengerti atau mereka tidak tahu saya mewakili Amerika atau saya diplomat. Karena mereka berpikir saya bukan orang Amerika,” tutur Suli sembari tertawa.
Latar Budaya Berbeda
Meski demikian, Sulaiman selalu mendorong agar masyarakat dunia mengetahui AS adalah sebuah negara yang beragam latar belakang budaya maupun agama.
“Sebagai diplomat saya bisa belajar, dan saya sangat suka pekerjaan ini. Tentu ada tantangannya, tapi saya coba jelaskan dengan mereka. Tantangannya seperti banyak orang asing, mereka tidak tahu bahwa Amerika ada banyak budaya. Di Amerika Serikat ada banyak agama, dan mereka tidak tahu itu,” ungkap Suli yang juga lancar berbicara dalam Bahasa Indonesia.
Momentum Ramadhan tahun ini pun tidak luput memberikan kesan tersendiri bagi pria yang memiliki hobi berolahraga itu.
“Pengalaman Covid-19 ini tentu membuat agak sulit dan saya membuka puasa sendiri, tapi Alhamdulillah it's ok. Tapi, di Amerika saya dengan keluarga saya dan saya bisa makan bersama mereka dengan saudara-saudara saya dengan orang tua saya. Saya punya lima saudara, kami keluarga besar,” ujar diplomat yang ditempatkan di Indonesia sejak Agustus 2020 lalu.
Menurut Sulaiman, selain durasi berpuasa yang lebih singkat, aneka makanan khas saat Ramadan juga menjadi hal baru yang berkesan baginya selama bertugas di Indonesia.
“Amerika Serikat lebih lama daripada di Indonesia, orang muslim berpuasa selama 16 jam, di sini hanya 12 jam. Di sini saya biasanya saya buka puasa dengan kurma, dan minggu lalu saya buka puasa dengan opor ayam. Saya sangat suka opor ayam. Itu lebih enak di sini, dan saya juga coba kolak saya coba, lontong dan ada banyak lainnya. Saya suka makanan Indonesia,” tutur Sulaiman.
Thanksgiving dan Idul Fitri
Seperti Muslim pada umumnya, perayaan Idul Fitri merupakan momentum yang paling ditunggu, tidak terkecuali yang dirasakan Suli. Menurutnya, perayaan Idul Fitri bisa sangat meriah di AS, karena komunitas muslim yang berasal dari banyak negara akan menampilkan tradisi mereka di hari itu serta merayakan hari kemenangan dengan warga lainnya.
“Seperti selama Thanksgiving, Idul Fitri itu. Kenapa? Karena ada banyak alasan. Biasanya Anda bisa melihat semua budaya di Amerika selama liburan. Selama liburan seperti idul fitri, mereka mengenakan pakaian terbaik mereka, makanan khas mereka, dan anda bisa mendengarkan musik mereka.
"It's a very special moment for people who haven’t know much about US and they want to experience it, because it's very diverse country. I mean, you can find it all in the US,” tuturnya.