Musim Kemarau, Dua Daerah di Jatim Berstatus Tanggap Darurat Kekeringan Ekstrem
Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda memprediksi puncak musim kemarau terjadi di Jawa Timur periode Agustus hingga September 2024.
Sebelum itu, beberapa daerah di Jatim telah terdampak kekeringan akibat cuaca panas yang terjadi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mencatat ada 27 daerah di Jatim yang masuk dalam wilayah potensi bencana kekeringan ekstrem. Dua di antaranya yakni Jombang dan Kabupaten Blitar telah berstatus tanggap darurat, sedangkan 25 lainnya berstatus siaga tanggap darurat.
Menanggapi status tersebut, Kepala BPBD Jatim Gatot Soebroto mengatakan, pihaknya dan BPBD kabupaten/kota telah melakukan upaya antisipasi menyiapkan berbagai keperluan untuk mencegah dampak lebih besar.
"Dari kabupaten/kota tanggap darurat kami sudah melakukan langkah memberi bantuan selain suplai air bersih, juga memberikan tandon, lalu jirigen, lalu tandon lipat," jelas Gatot kepada Ngopibareng.id.
Pihaknya juga mengirimkan logistik makanan ke beberapa daerah karena ada beberapa petugas yang turun ke lapangan untuk melakukan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Di masa kekeringan itu selain kekurangan air juga ada potensi karhutla, saat ini sudah ada beberapa lokasi yang mengalami karhutla," imbuh Gatot.
Selain itu, pihaknya juga menyiapkan skema water boombing yang akan dikoordinasikan dengan BNPB apabila terjadi karhutla yang sangat luas.
BNPB, lanjut Gatot, bersama BRIN dan BMKG juga telah melakukan koordinasi apabila diperlukan melakukan upaya modifikasi cuaca. "Modifikasi cuaca telah diminta Kementerian PU untuk mengisi waduk di Jatim. Itu masih dipetakan lagi oleh BMKG wilayah mana yang bisa dilakukan modifikasi cuaca karena menyesuaikan dengan kondisi cuaca," pungkasnya.