Musim Hujan Dinkes Kota Malang Imbau Warga Waspada DBD
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mengimbau masyarakat Kota Malang agar mewaspadai datangnya penyakit demam berdarah saat musim penghujan di Januari sampai Februari nanti.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif, menuturkan kepada masyarakat Kota Malang agar tidak membiarkan genangan air yang ada di sekitar pemukimannya.
"Kita semua harus waspada genangan air di sekitar lingkungan harus dihilangkan, jika begitu, maka nyamuk tidak akan datang," tuturnya pada Selasa 7Januari 2020.
Husnul juga mengatakan bahwa pihak Dinkes Kota Malang, tengah melakukan upaya preventif untuk mengedukasi masyarakat melalui Unit Pelayanan Teknis (UPT) yaitu Puskesmas yang tersebar di 57 Kelurahan.
"Melalui kegiatan preventif ini masyarakat akan dibimbing untuk berperilaku sehat serta tata cara menghindari tempat bertumbuhnya jentik nyamuk," ujarnya.
Untuk kasus demam berdarah sendiri di Kota Malang, Husnul menerangkan pada 2019, ada sebanyak 200 sampai 300 kasus demam berdarah dengan menelan korban meninggal dunia sebanyak 2 orang.
"Untuk 2020 masih belum ada. Kami berharap agar baik-baik saja ya. Tidak ada kasus demam berdarah lagi," tuturnya.
Husnul menambahkan saat ini Pemkot Malang juga tengah membangun kesadaran perilaku sehat masyarakat melalui Gerakan Angkut Sampah dan Sedimen (GASS).
"Untuk membangun kesadaran perilaku sehat masyarakat ya melalui GASS itu. Agar lingkungan kita di Kota Malang ini bersih," ujarnya.
Seperti diberitakan oleh ngopibareng.id sebelumnya, Wali Kota Malang, Sutiaji pada 27 Desember 2019, ia melaunching Gerakan Angkut Sampah dan Sedimen (GASS).
Gerakan ini akan menyasar 5 Kecamatan yang ada di Kota Malang yakni, Blimbing, Kedungkandang, Klojen, Lowokwaru, dan Sukun.
"Harapannya kesadaran masyarakat terkait pola hidup bersih, tidak buang sampah sembarangan dan menjaga sedimen sungai juga bisa tumbuh melalui gerakan ini," tutur Sutiaji.
Karena menurut Sutiaji, penyadaran masyarakat untuk tak membuang sampah di sungai tidak cukup hanya melalui sosialisasi saja.